By:William A. Barry, SJ,
Bercerita Kepada Tuhan Tentang Dosa-dosamu
Bayangkan
apa yang terjadi dalam persahabatan Anda ketika salah satu sahabat
menyakiti sahabat yang lainnya dan Anda tidak dapat membicarakan apa
yang terjadi di antara Anda berdua. Anda akan lebih berhati-hati satu
sama lain karena boleh jadi peristiwa yang menyakitkan itu tiba-tiba
menyengat dan membuka kembali luka. Persahabatan mulai layu ketika
kesalahan-kesalahan tidak diakui dan dimaafkan. Saya mengenal seorang
ayah yang berhenti berbicara dengan anak laki-lakinya yang telah dewasa
saat anaknya itu nikahi dengan seorang perempuan yang tidak disetujui
oleh ayahnya. Mereka berdua sama sekali tidak berusaha memperbaiki
hubungan sampai menjelang saat terakhir kehidupan si ayah. Yesus
mempunyai nasihat tentang pentingnya berbicara dengan terbuka mengenai
kesalahan-kesalahan:
Apabila saudaramu berbuat dosa,
tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau
telah mendapatkannya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau,
bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau
tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau
mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia
tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang
tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
Matius 18 : 15 – 17
Yesus
mengetahui betapa mudahnya sahabat saling menyakiti satu sama lain dan
apabila rasa sakit itu tidak ditangani secara terbuka dan jujur, hal
tersebut akan menghancurkan persahabatan dan sebuah komunitas.
Kegelisahan dalam Diam dan Kelegaan dalam Berbicara
Dosa-dosa
kita dapat menjadi penghalang bagi persahabatan kita dengan Tuhan.
Dalam Mazmur 32, Daud berbicara tidak saja mengenai kelegaan atas
pengakuan dosa-dosa tetapi juga mengenai kegelisahan yang ditimbulkan
oleh pilihan berdiam diri.
Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,
yang dosanya ditutupi!
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan,
dan yang tidak berjiwa penipu.
Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu
karena aku mengeluh sepanjang hari;
sebab siang dan malam tangan-Mu menekan aku dengan berat
sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;
aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
Engkaulah persembunyian bagiku,
terhadap kesesakan Engkau menjaga aku,
Engkau mengelilingi aku,
sehingga aku luput dan bersorak.
Mazmur 32 : 1-5, 7
Kita
telah melihat bahwa dalam persahabatan yang berkembang dengan Tuhan
terjadi ganggugan arus pendek karena rasa malu. Persahabatan ini bahkan
lebih mudah mengalami gangguan arus pendek karena perasaan berdosa kita.
Ketika saya menyadari betapa saya gagal memenuhi ekspektasi Tuhan, saya
mungkin menyimpulkan bahwa saya tidak layak menerima persahabatan dari
Tuhan. Alih-alih berbicara dengan Tuhan mengenai perasaan malu dan
bersalah saya, saya justru mencoba memperbaiki dosa-dosa saya dengan
melakukan perbuatan-perbuatan baik atau lebih sering mengikuti Misa.
Jika hal seperti ini terjadi, maka, sekali lagi, saya terjatuh ke dalam
semacam kegilaan di mana saya menjadi wasit yang menilai siapa itu
Tuhan. Akibatnya, saya percaya bahwa Tuhan tidak mungkin mau menjadi
sahabat bagi seorang pendosa seperti saya, tetapi jika saya bekerja
keras melakukan kebaikan, Tuhan akan mengampuni saya. Kita menunjukkan
keyakinan kita yang sebenarnya dengan cara kita bersikap, bukan dengan
apa yang kita katakan.
Realitas Manusia
Kenyataannya
semua manusia yang menjadi sahabat Tuhan adalah pendosa. Dalam sebuah
homili, seorang mendiang Yesuit, David Donovan, menyebutkan bahwa
kebanyakan organisasi mensyaratkan beberapa kualitas positif untuk
keanggotaanya, IQ yang tinggi untuk Mensa[1], keturunan Irlandia untuk Ancient Order of Hibernians[2], dan seterusnya. Namun, persyaratan agar seseorang diterima menjadi anggota Alcoholic Anonymous
adalah berupa pernyataan, “Saya Jack, dan saya seorang alkoholik.”
David selanjutnya mengatakan bahwa persyaratan untuk diterima sebagai
orang Kristen juga serupa, “Saya Jack, dan saya seorang pendosa.” Karpet
penyambutannya tersedia untuk seluruh umat manusia, karena setiap orang
dari kita, selain Yesus dan ibunya, sanggup mengatakan pernyataan itu.
Jika menjadi seorang pendosa merupakan penghalang terhadap persahabatan,
Tuhan pasti hanya memiliki sangat sedikit sahabat.
Keengganan
mengakui kedosaan kita kepada Tuhan, bagaimanapun juga, dapat menjadi
penghalang. Hal ini sama dengan keengganan untuk menghadapi kebenaran
tentang diri kita sendiri. Menjadi sahabat Tuhan merupakan hal yang
penuh tuntutan, sebagaimana juga persahabatan lainnya penuh tuntutan.
Setiap
persahabatan yang dalam akan menunjukan aspek-aspek diri saya yang
tidak ingin saya hadapi – contohnya, keegoisan saya, yang muncul dengan
sendirinya dalam bentuk keengganan jika rutinitas saya terganggu karena
sebuah permintaan dari seorang sahabat dekat. Semakin dalam suatu
persahabatan, semakin banyak kekurangan-kekurangan pada karakter kedua
belah pihak yang terungkap. Apakah saya bersedia memperbolehkan sahabat
saya mengenal diri saya sampai sedalam ini dan percaya bahwa
persahabatan kami tetap akan langgeng? Apakah saya bersedia meminta
sahabat saya untuk memberitahu jika ada sesuatu dari diri saya yang
mengganggunya? Apakah saya bersedia menjadi begitu rapuh?
Dosa sebagai Kelemahan
Demikanlah,
hal yang sama berlaku dalam persahabatan dengan Tuhan. Saya tidak bisa
menjadi sahabat Tuhan dan pada saat yang sama tidak mau menghadapi
keberdosaan saya. Tuhan adalah kebenaran dan juga cinta. Sebagian
keberdosaan ini akan menjadi jelas ketika saya meminta Tuhan untuk
menunjukkannya kepada saya. Saya memiliki kelemahan atas dosa-dosa dan
kekurangan-kekurangan saya; Tuhan dan, mungkin, sahabat-sahabat terdekat
saya dapat melihat lebih jelas daripada saya sendiri. Apakah saya
bersedia berbicara dengan Tuhan tentang dosa-dosa dan
kegagalan-kegagalan saya serta mengatakan dengan kata-kata saya sendiri
apa yang dikatakan oleh pemazmur pada akhir Mazmur 139?
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku;
ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.
Lihatlah, apakah jalanku serong,
dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139 : 23-24
Di
sini pemazmur percaya bahwa Tuhan hanya melihat kebaikan dalam hatinya;
karena itu dia berani bertanya kepada Tuhan untuk menunjukkan
kedosaannya. Orang-orang yang mencoba latihan ini dengan iman menjadi
kagum dan lega karena menyadari betapa jujur dan pengampun Tuhan itu.
Saat mereka mulai berbicara jujur dengan Tuhan mengenai kegagalan dan
dosa mereka di masa lalu, mereka akan melihat dengan lebih dan lebih
jelas lagi dosa-dosanya yang sesungguhnya. Seringkali, masalah yang
lebih mendalam bukan terletak pada dosa yang sedang mereka jadikan
fokus. Sebagai contoh: seseorang yang jujur dapat menemukan bahwa
kedosaan yang sesungguhnya adalah menganggap Tuhan seperti sejenis
raksasa yang menuntut kesempurnaan dalam setiap detil. Seorang alkoholik
mungkin menyadari bahwa kedosaan terdapat pada, bukan terutama karena
konsumsi alkohol yang berlebihan, tetapi karena ketidakrelaan untuk
mengakui ketidakberdayaannya dalam menggunakan alkohol secukupnya. Saat
mereka menghadapi kenyataan ini, mereka merasakan rangkulan pengampunan
Tuhan yang penuh kasih, dan suatu beban berat terangkat dari pundak
mereka. Dengan sebuah desah kelegaan dan seringkali disertai air mata,
mereka berterimakasih kepada Tuhan atas kebaikan dan cinta-Nya. Mungkin
anda telah mengalami sesuatu yang semacam ini dalam Sakramen
Rekonsiliasi setelah Anda mengakui dosa-dosa Anda dengan sungguh-sungguh
dan menerima pengampunan dosa.
“Tetapi Tuhan Mengetahui Segala Sesuatu”
Bercerita
kepada Tuhan mengenai dosa-dosa kita mungkin tampak bodoh karena “Tuhan
mengetahui segala sesuatu.” Akan tetapi, seperti yang disebutkan
sebelumnya, yang penting di sini bukan tentang informasinya, tetapi
tentang kepercayaan. Dengan bercerita kepada Tuhan mengenai dosa-dosa
kita secara rinci, kita menyingkirkan dosa-dosa itu dari dada kita dan
mengalami tanggapan pengampunan Tuhan dengan lebih mendalam; suatu beban
terangkat dari hati kita. Mereka yang menjalani Latihan Rohani dari St.
Ignatius Loyola didorong untuk meminta kepada Tuhan agar membuka mata
mereka sehingga dapat melihat pola-pola dosa dalam hidupnya. Selanjutnya
mereka mengingat kembali tahap-tahap perjalanan hidupanya dengan
meyakini bahwa Tuhan akan menunjukkan di mana mereka gagal dalam
masa-masa tersebut. Pada akhir meditasi ini, Ignatius mengemukakan
pertimbangan berikut:
Seruan kekaguman, dengan perasaan
yang intens, ketika aku merefleksikan dalam seluruh makhluk ciptaan,
betapa mereka memungkinkan aku hidup dan terus hidup! Para malaikat,
yang merupakan pedang keadilan ilahi, bagaimana mereka menopang aku, dan
menjaga aku, dan mendoakan aku! Dan kemudian surga, matahari, bulan,
bintang-bintang dan elemen-elemen, buah-buahan, burung-burung, ikan-ikan
dan hewan-hewan, bagaimana mereka menjaga aku tetap hidup sampai saat
ini! Sementara untuk bumi, bagaimana ia tidak terbuka untuk menelanku,
menciptakan neraka baru di mana aku akan menderita selamanya!
Percakapan[3].
Aku akan menyimpulkan dengan sebuah percakapan tentang kerahiman.
Seluruh pemikiranku adalah tentang kerahiman dan aku akan bersyukur
kepada Tuhan karena memberikan kehidupan kepadaku sampai saat ini, dan
berniat untuk berbuat lebih baik di kemudian hari dengan rahmat-Nya.
Latihan Rohani no 60-61
Sebelum
pertobatannya, Ignatius menjalani kehidupan agak semau-maunya. Jadi dia
pasti telah merasakan sendiri kekaguman dan rasa syukur ketika dia
membiarkan Tuhan menunjukkan dosa-dosanya dan menyadari bahwa Tuhan
tetap mencintainya. Apakah Anda pernah mencoba latihan semacam ini?
Ketika orang-orang melakukan latihan ini, mereka seringkali
membandingkan perasaannya leganya seperti saat suatu beban berat telah
dari pundak mereka.
Sebuah Beban Berat telah Terangkat
Film The Mission
menceritakan kisah beberapa Yesuit yang bekerja dengan Suku Guarani di
Amerika Selatan pada abad keenam belas dan ketujuh belas. Robert de Niro
berperan sebagai seorang mantan tentara yang memperbudak Suku Guarani.
Setelah menyesal dan menjadi seorang Yesuit, sebagai bentuk pertobatnya,
ia memilih untuk memanggul di bahunya baju besi dan senjata miliknya
dalam perjalanannya kembali sebagai seorang Yesuit mendaki ke tempat
tinggal Suku Guarani. Itu merupakan pendakian yang sulit. Ketika tiba di
puncak, seorang Guarani berlari ke arahnya sambil memegang parang. Anda
berpikir bahwa orang itu akan membunuh musuh lamanya, tetapi sebaliknya
dia memotong beban itu, yang kemudian jatuh ke dalam jurang di belakang
de Niro. De Niro mulai tertawa dan menangis dengan lega, dan mereka
berdua berangkulan. Adegan itu menangkap kelegaan karena pengampunan,
saat anda tahu bahwa Dia yang mengampuni mengenal kita luar dalam.
Salah
satu disiplin rohani yang penting untuk kesehatan jiwa dalam program
Dua Belas Langkah[4] muncul dalam Langkah Keempat dan Kelima: “Lakukan
sebuah pencarian dan inventarisasi moral tanpa takut terhadap diri kita
sendiri” dan “Akui pada Tuhan, pada diri sendiri dan pada orang lain
sifat yang sebenarnya dari kesalahan kita.” Sekali lagi, apabila Anda
pernah berpartisipasi, baik sebagai seorang pecandu atau sebagai sesama
manusia, Anda tahu bahwa langkah-langkah ini menuju kepada suatu
perasaan lega dan bebas yang luar biasa.
Persahabatan yang
mendalam dengan Tuhan tidak pernah berakhir sebab baik Tuhan maupun
manusia merupakan misteri yang tak terselami. Kita memiliki waktu seumur
hidup dan seluruh keabadian untuk terus belajar dan mengenali satu sama
lainnya. Anda mungkin terkejut karena saya menggabungkan manusia dengan
Tuhan sebagai misteri yang tak terselami. Bagaimana pun, kita
diciptakan dalam citra dan serupa dengan Allah. Tentu saja, kita tidak
seperti misteri tak terbatas yang merupakan sifat Tuhan itu, tetapi kita
merupakan bagian dari misteri itu. Terlebih lagi, kita sendiri
merupakan misteri. Saat kita menumbuhkan kedekatan dengan Tuhan, kita
menemukan lebih banyak bagian dari diri kita muncul ke permukaan. Dan
kita dapat saja enggan untuk menunjukkan beberapa hal kepada Tuhan.
Jadi, tantangan untuk keterbukaan, untuk pengungkapan kebenaran, akan
selalu menyertai kita.
(Lusia Nainggolan)
[1] Organisasi Internasional untuk orang yang memiliki IQ tinggi (penerj.)
[2] Organisasi persaudaraan yang beranggotakan orang Katolik Irlandia (penerj.)
[3] Percakapan yang intim dan langsung dengan Tuhan. Bagian dari Latihan Rohani Ignasian. (penerj.)
[4] Program pemulihan personal yang dianjurkan pada anggota Alcoholic Anonymous (penerj.)
Sebuah Blog tempat kami berbagi Kasih Tuhan kepada seluruh sahabat. Tempat kami ber-sharing tentang kasih, harapan, kebenaran, apa dan bagaimana meraih kehidupan yang terbaik dan indah, di dalam Tuhan, dan bersama seluruh keluarga dan sahabat.
Novena Kanak-Kanak Yesus
Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat
Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat Mari kita bersama mendoakan Novena Kanak Kanak Yesus dalam menyambut kelahir...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar