Novena Kanak-Kanak Yesus

Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat

Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat Mari kita bersama mendoakan Novena Kanak Kanak Yesus dalam menyambut kelahir...

Senin, 15 Desember 2014

Session 7:Praying The Truth. Deepening Your Friendship with God through Honest Prayer

By:William A. Barry, SJ,

Bercerita Kepada Tuhan Tentang Dosa-dosamu

 Bayangkan apa yang terjadi dalam persahabatan Anda ketika salah satu sahabat menyakiti sahabat yang lainnya dan Anda tidak dapat membicarakan apa yang terjadi di antara Anda berdua. Anda akan lebih berhati-hati satu sama lain karena boleh jadi peristiwa yang menyakitkan itu tiba-tiba menyengat dan membuka kembali luka. Persahabatan mulai layu ketika kesalahan-kesalahan tidak diakui dan dimaafkan. Saya mengenal seorang ayah yang berhenti berbicara dengan anak laki-lakinya yang telah dewasa saat anaknya itu nikahi dengan seorang perempuan yang tidak disetujui oleh ayahnya. Mereka berdua sama sekali tidak berusaha memperbaiki hubungan sampai menjelang saat terakhir kehidupan si ayah. Yesus mempunyai nasihat tentang pentingnya berbicara dengan terbuka mengenai kesalahan-kesalahan:

Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu, engkau telah mendapatkannya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.

Matius 18 : 15 – 17

Yesus mengetahui betapa mudahnya sahabat saling menyakiti satu sama lain dan apabila rasa sakit itu tidak ditangani secara terbuka dan jujur, hal tersebut akan menghancurkan persahabatan dan sebuah komunitas.

Kegelisahan dalam Diam dan Kelegaan dalam Berbicara

Dosa-dosa kita dapat menjadi penghalang bagi persahabatan kita dengan Tuhan. Dalam Mazmur 32, Daud berbicara tidak saja mengenai kelegaan atas pengakuan dosa-dosa tetapi juga mengenai kegelisahan yang ditimbulkan oleh pilihan berdiam diri.

Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya,
     yang dosanya ditutupi!
Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan,
     dan yang tidak berjiwa penipu.
Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu
     karena aku mengeluh sepanjang hari;
sebab siang dan malam tangan-Mu menekan aku dengan berat
     sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas.
Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan;
     aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
Engkaulah persembunyian bagiku,
     terhadap kesesakan Engkau menjaga aku,
     Engkau mengelilingi aku,
     sehingga aku luput dan bersorak.

Mazmur 32 : 1-5, 7

Kita telah melihat bahwa dalam persahabatan yang berkembang dengan Tuhan terjadi ganggugan arus pendek karena rasa malu. Persahabatan ini bahkan lebih mudah mengalami gangguan arus pendek karena perasaan berdosa kita. Ketika saya menyadari betapa saya gagal memenuhi ekspektasi Tuhan, saya mungkin menyimpulkan bahwa saya tidak layak menerima persahabatan dari Tuhan. Alih-alih berbicara dengan Tuhan mengenai perasaan malu dan bersalah saya, saya justru mencoba memperbaiki dosa-dosa saya dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik atau lebih sering mengikuti Misa. Jika hal seperti ini terjadi, maka, sekali lagi, saya terjatuh ke dalam semacam kegilaan di mana saya menjadi wasit yang menilai siapa itu Tuhan. Akibatnya, saya percaya bahwa Tuhan tidak mungkin mau menjadi sahabat bagi seorang pendosa seperti saya, tetapi jika saya bekerja keras melakukan kebaikan, Tuhan akan mengampuni saya. Kita menunjukkan keyakinan kita yang sebenarnya dengan cara kita bersikap, bukan dengan apa yang kita katakan.

Realitas Manusia

Kenyataannya semua manusia yang menjadi sahabat Tuhan adalah pendosa. Dalam sebuah homili, seorang mendiang Yesuit, David Donovan, menyebutkan bahwa kebanyakan organisasi mensyaratkan beberapa kualitas positif untuk keanggotaanya, IQ yang tinggi untuk Mensa[1], keturunan Irlandia untuk Ancient Order of Hibernians[2], dan seterusnya. Namun, persyaratan agar seseorang diterima menjadi anggota Alcoholic Anonymous adalah berupa pernyataan, “Saya Jack, dan saya seorang alkoholik.” David selanjutnya mengatakan bahwa persyaratan untuk diterima sebagai orang Kristen juga serupa, “Saya Jack, dan saya seorang pendosa.” Karpet penyambutannya tersedia untuk seluruh umat manusia, karena setiap orang dari kita, selain Yesus dan ibunya, sanggup mengatakan pernyataan itu. Jika menjadi seorang pendosa merupakan penghalang terhadap persahabatan, Tuhan pasti hanya memiliki sangat sedikit sahabat.

Keengganan mengakui kedosaan kita kepada Tuhan, bagaimanapun juga, dapat menjadi penghalang. Hal ini sama dengan keengganan untuk menghadapi kebenaran tentang diri kita sendiri. Menjadi sahabat Tuhan merupakan hal yang penuh tuntutan, sebagaimana juga persahabatan lainnya penuh tuntutan.

Setiap persahabatan yang dalam akan menunjukan aspek-aspek diri saya yang tidak ingin saya hadapi – contohnya, keegoisan saya, yang muncul dengan sendirinya dalam bentuk keengganan jika rutinitas saya terganggu karena sebuah permintaan dari seorang sahabat dekat. Semakin dalam suatu persahabatan, semakin banyak kekurangan-kekurangan pada karakter kedua belah pihak yang terungkap. Apakah saya bersedia memperbolehkan sahabat saya mengenal diri saya sampai sedalam ini dan percaya bahwa persahabatan kami tetap akan langgeng? Apakah saya bersedia meminta sahabat saya untuk memberitahu jika ada sesuatu dari diri saya yang mengganggunya? Apakah saya bersedia menjadi begitu rapuh?

Dosa sebagai Kelemahan

Demikanlah, hal yang sama berlaku dalam persahabatan dengan Tuhan. Saya tidak bisa menjadi sahabat Tuhan dan pada saat yang sama tidak mau menghadapi keberdosaan saya. Tuhan adalah kebenaran dan juga cinta. Sebagian keberdosaan ini akan menjadi jelas ketika saya meminta Tuhan untuk menunjukkannya kepada saya. Saya memiliki kelemahan atas dosa-dosa dan kekurangan-kekurangan saya; Tuhan dan, mungkin, sahabat-sahabat terdekat saya dapat melihat lebih jelas daripada saya sendiri. Apakah saya bersedia berbicara dengan Tuhan tentang dosa-dosa dan kegagalan-kegagalan saya serta mengatakan dengan kata-kata saya sendiri apa yang dikatakan oleh pemazmur pada akhir Mazmur 139?

Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku;
     ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku.
Lihatlah, apakah jalanku serong,
     dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!

Mazmur 139 : 23-24

Di sini pemazmur percaya bahwa Tuhan hanya melihat kebaikan dalam hatinya; karena itu dia berani bertanya kepada Tuhan untuk menunjukkan kedosaannya. Orang-orang yang mencoba latihan ini dengan iman menjadi kagum dan lega karena menyadari betapa jujur dan pengampun Tuhan itu. Saat mereka mulai berbicara jujur dengan Tuhan mengenai kegagalan dan dosa mereka di masa lalu, mereka akan melihat dengan lebih dan lebih jelas lagi dosa-dosanya yang sesungguhnya. Seringkali, masalah yang lebih mendalam bukan terletak pada dosa yang sedang mereka jadikan fokus. Sebagai contoh: seseorang yang jujur dapat menemukan bahwa kedosaan yang sesungguhnya adalah menganggap Tuhan seperti sejenis raksasa yang menuntut kesempurnaan dalam setiap detil. Seorang alkoholik mungkin menyadari bahwa kedosaan terdapat pada, bukan terutama karena konsumsi alkohol yang berlebihan, tetapi karena ketidakrelaan untuk mengakui ketidakberdayaannya dalam menggunakan alkohol secukupnya. Saat mereka menghadapi kenyataan ini, mereka merasakan rangkulan pengampunan Tuhan yang penuh kasih, dan suatu beban berat terangkat dari pundak mereka. Dengan sebuah desah kelegaan dan seringkali disertai air mata, mereka berterimakasih kepada Tuhan atas kebaikan dan cinta-Nya. Mungkin anda telah mengalami sesuatu yang semacam ini dalam Sakramen Rekonsiliasi setelah Anda mengakui dosa-dosa Anda dengan sungguh-sungguh dan menerima pengampunan dosa.

“Tetapi Tuhan Mengetahui Segala Sesuatu”

Bercerita kepada Tuhan mengenai dosa-dosa kita mungkin tampak bodoh karena “Tuhan mengetahui segala sesuatu.” Akan tetapi, seperti yang disebutkan sebelumnya, yang penting di sini bukan tentang informasinya, tetapi tentang kepercayaan. Dengan bercerita kepada Tuhan mengenai dosa-dosa kita secara rinci, kita menyingkirkan dosa-dosa itu dari dada kita dan mengalami tanggapan pengampunan Tuhan dengan lebih mendalam; suatu beban terangkat dari hati kita. Mereka yang menjalani Latihan Rohani dari St. Ignatius Loyola didorong untuk meminta kepada Tuhan agar membuka mata mereka sehingga dapat melihat pola-pola dosa dalam hidupnya. Selanjutnya mereka mengingat kembali tahap-tahap perjalanan hidupanya dengan meyakini bahwa Tuhan akan menunjukkan di mana mereka gagal dalam masa-masa tersebut. Pada akhir meditasi ini, Ignatius mengemukakan pertimbangan berikut:

Seruan kekaguman, dengan perasaan yang intens, ketika aku merefleksikan dalam seluruh makhluk ciptaan, betapa mereka memungkinkan aku hidup dan terus hidup! Para malaikat, yang merupakan pedang keadilan ilahi, bagaimana mereka menopang aku, dan menjaga aku, dan mendoakan aku! Dan kemudian surga, matahari, bulan, bintang-bintang dan elemen-elemen, buah-buahan, burung-burung, ikan-ikan dan hewan-hewan, bagaimana mereka menjaga aku tetap hidup sampai saat ini! Sementara untuk bumi, bagaimana ia tidak terbuka untuk menelanku, menciptakan neraka baru di mana aku akan menderita selamanya!

Percakapan[3]. Aku akan menyimpulkan dengan sebuah percakapan tentang kerahiman. Seluruh pemikiranku adalah tentang kerahiman dan aku akan bersyukur kepada Tuhan karena memberikan kehidupan kepadaku sampai saat ini, dan berniat untuk berbuat lebih baik di kemudian hari dengan rahmat-Nya.

Latihan Rohani no 60-61

Sebelum pertobatannya, Ignatius menjalani kehidupan agak semau-maunya. Jadi dia pasti telah merasakan sendiri kekaguman dan rasa syukur ketika dia membiarkan Tuhan menunjukkan dosa-dosanya dan menyadari bahwa Tuhan tetap mencintainya. Apakah Anda pernah mencoba latihan semacam ini? Ketika orang-orang melakukan latihan ini, mereka seringkali membandingkan perasaannya leganya seperti saat suatu beban berat telah dari pundak mereka.

Sebuah Beban Berat telah Terangkat

Film The Mission menceritakan kisah beberapa Yesuit yang bekerja dengan Suku Guarani di Amerika Selatan pada abad keenam belas dan ketujuh belas. Robert de Niro berperan sebagai seorang mantan tentara yang memperbudak Suku Guarani. Setelah menyesal dan menjadi seorang Yesuit, sebagai bentuk pertobatnya, ia memilih untuk memanggul di bahunya baju besi dan senjata miliknya dalam perjalanannya kembali sebagai seorang Yesuit mendaki ke tempat tinggal Suku Guarani. Itu merupakan pendakian yang sulit. Ketika tiba di puncak, seorang Guarani berlari ke arahnya sambil memegang parang. Anda berpikir bahwa orang itu akan membunuh musuh lamanya, tetapi sebaliknya dia memotong beban itu, yang kemudian jatuh ke dalam jurang di belakang de Niro. De Niro mulai tertawa dan menangis dengan lega, dan mereka berdua berangkulan. Adegan itu menangkap kelegaan karena pengampunan, saat anda tahu bahwa Dia yang mengampuni mengenal kita luar dalam.
Salah satu disiplin rohani yang penting untuk kesehatan jiwa dalam program Dua Belas Langkah[4] muncul dalam Langkah Keempat dan Kelima: “Lakukan sebuah pencarian dan inventarisasi moral tanpa takut terhadap diri kita sendiri” dan “Akui pada Tuhan, pada diri sendiri dan pada orang lain sifat yang sebenarnya dari kesalahan kita.” Sekali lagi, apabila Anda pernah berpartisipasi, baik sebagai seorang pecandu atau sebagai sesama manusia, Anda tahu bahwa langkah-langkah ini menuju kepada suatu perasaan lega dan bebas yang  luar biasa.
Persahabatan yang mendalam dengan Tuhan tidak pernah berakhir sebab baik Tuhan maupun manusia merupakan misteri yang tak terselami. Kita memiliki waktu seumur hidup dan seluruh keabadian untuk terus belajar dan mengenali satu sama lainnya. Anda mungkin terkejut karena saya menggabungkan manusia dengan Tuhan sebagai misteri yang tak terselami. Bagaimana pun, kita diciptakan dalam citra dan serupa dengan Allah. Tentu saja, kita tidak seperti misteri tak terbatas yang merupakan sifat Tuhan itu, tetapi kita merupakan bagian dari misteri itu. Terlebih lagi, kita sendiri merupakan misteri. Saat kita menumbuhkan kedekatan dengan Tuhan, kita menemukan lebih banyak bagian dari diri kita muncul ke permukaan. Dan kita dapat saja enggan untuk menunjukkan beberapa hal kepada Tuhan. Jadi, tantangan untuk keterbukaan, untuk pengungkapan kebenaran, akan selalu menyertai kita.
(Lusia Nainggolan)


[1] Organisasi Internasional untuk orang yang memiliki IQ tinggi (penerj.)

[2] Organisasi persaudaraan yang beranggotakan orang Katolik Irlandia (penerj.)

[3] Percakapan yang intim dan langsung dengan Tuhan. Bagian dari Latihan Rohani Ignasian. (penerj.)

[4] Program pemulihan personal yang dianjurkan pada anggota Alcoholic Anonymous (penerj.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar