Novena Kanak-Kanak Yesus

Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat

Keajaiban Doa Novena Kanak Kanak Yesus dan Doa Mujizat Mari kita bersama mendoakan Novena Kanak Kanak Yesus dalam menyambut kelahir...

Selasa, 18 November 2014

Session 4: Praying The Truth. Deepening Your Friendship with God through Honest Prayer

Session 4: Praying The Truth. Deepening Your Friendship with God through Honest Prayer


Pesan Romo:


Rekan-rekan berikut ini saya kirimkan bahan doa pertemuan keempat. Mohon maaf pengiriman terlambat.
Sebelumnya,  saya ingin menyampaikan himbauan: agar buah dari latihan doa ini berlimpah, Anda perlu melakukan latihan ulangan secara pribadi dengan waktu yang sudah ditentukan sejak awal.

Topik permenungan kita kemarin adalah menceritakan “rahasia kita” kepada Tuhan. Semoga latihan ulangan ini sudah dilaksanakan.

Berikut ini beberapa pertanyaan standar yang mungkin membantu untuk merefleksikan pengalaman Latihan Ketiga:

1.      Teks Kitab Suci apa yang Anda gunakan sebagai penolong dalam doa ini?
2.      Rahasia apa yang Anda ceritakan kepada Allah?
3.      Apakah Anda merasa mudah atau sulit menceritakan itu?
4.      Apa yang Anda rasakan sebelum, saat dan setelah Anda menceritakan ketakutan itu?
5.      Menurut pengamatan Anda apa tanggapan Allah terhadap ceritamu?
6.      Apakah ada pemahaman baru tentang diri dan tentang Allah yang Anda peroleh dari doa ini?
7.      Apakah Anda merasa terdorong melakukan sesuatu setelah doa ini?
8.      Silahkan catatat hasil latihan Anda dalam buku jurnal.

  Sekarang tentang bahan latihan kita untuk pertemuan keempat. Topik latihan kita “bercerita kepada Allah tentang Keberhasilan kita.”  Bacaan dari Injil akan kita pergunakan untuk latihan doa kita nanti pertemuan nanti Luk 10: 1-24. Dalam Latihan Doa kita, selain kita akan berlatih bercerita secara jujur kepada Allah, kita juga akan berlatih berdoa komtemplasi Ignasian.


Salam

Marwan

 ===========================================


Bercerita kepada Tuhan tentang Keberhasilanmu

Ketika mengalami sesuatu yang baik, biasanya kita ingin menceritakannya kepada seorang teman, kecuali kita menahan diri karena alasan tertentu. Seberapa sering terpikir di benak kita untuk menceritakan hal serupa kepada Tuhan? Tidak begitu sering, paling tidak kalau menggunakan diri saya sebagai ukuran. Namun mungkin hal ini justru salah satu yang semestinya mucul dalam pikiran jika kita menjalin persahabatan dengan Tuhan secara serius.

Marilah kita lihat kisah tujuh puluh murid yang diutus untuk melaksanakan suatu tugas perjalan oleh Yesus (Luk 10:1-24). Ketika tugas mereka telah selesai, tujuhpuluh murid kembali dengan sukacita dan berkata, “Tuhan, demi nama-Mu semua roh jahat tunduk kepada kami” (ayat 17). Lihatlah, meskipun sadar bahwa mereka dapat melakukan hal itu karena Yesus, mereka tetap bersemangat untuk menceritakan kepada-Nya tengan apa yang telah mereka lakukan: “roh-roh jahat tunduk pada kami.” Mereka tahu bahwa dalam nama Yesuslah mereka mengusir roh-roh jahat, namun pengetahuan ini tidak menghilangkan sukacita mereka karena roh-roh jahat itu tunduk pada mereka. Tampaknya Yesus pun ingin menggarisbawahi dua sisi sukacita mereka, karena Ia menjawab:

Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu.Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga. (ayat 18-20)

Saling dukung dalam persahabatan

Agar tetap ada, khususnya untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna, kita bergantung setiap saat pada hasrat kreatif dan penyelenggaraan Tuhan. Bagi para murid hal ini berarti bahwa mereka mengatasi roh-roh jahat berkat kuasa Tuhan. Namun kebenaran ini tidak menghilangkan kebenaran lain, yaitu bahwa para muridlah yang telah bertindak penuh kuasa terhadap musuh. Jelas pula bagi Yesus bahwa para murid dan Yesus pada kesempatan ini mempunyai tugas bersama; para murid pun diperlukan bagi keberhasilan misi ini. Lukas selanjutnya menggambarkan sukacita dan puji syukur Yesus:

Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."

Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (ayat 21-24)

Jika para murid merasa enggan menceritakan kepada Yesus betapa mereka bahagia karena keberhasilan perutusan mereka, mereka mungkin tidak berkesempatan untuk mendengarkan sukacita Yesus sendiri atas apa yang telah mereka lakukan dalam nama-Nya.

Keengganan

Tetapi sering kali kita enggan atau malas untuk menceritakan keberhasilan kita, bahkan kepada sahabat kita. Kadang-kadang kita ragu bercerita karena kita takut jangan-jangan teman kita itu akan menjadi iri atas keberhasilan kita atau akan merasa rendah diri dari kita. Atau mungkin ia akan menanggapi bahwa keberhasilan kita itu tidak penting dan bukan apa-apa. Kadang-kadang kita takut terlihat bangga akan keberhasilan kita. Kadang kita ditarik mundur oleh ingatan luka pada masa lalu, situasi di mana kita mencoba menceritakan keberhasilan kita tetapi malah mendapat tanggapan dingin, kritis atau diwarnai kemarahan. Misalnya, engkau mendapat kenaikan jenjang pada pekerjaan dan menceritakan kepada seorang teman yang menanggapi, “Itu sih bisa saja, hanya kenaikan kecil.” Maka ada banyak kemungkinan sumber untuk ragu-ragu bercerita kepada seorang teman tentang kesuksesanmu.

Kita boleh saya ragu untuk berbicara tentang keberhasilan karena kita hidup di dunia yang penuh persaingan di mana keberhasilanku diartikan sebagai kegagalamu. Salah satu pengandaian dibalik cara pikir itu adalah bahwa tidak cukup banyak kesempatan untuk diraih. Hanya ada satu juara dalam wisuda, hanya satu pemenang  dalam Indonesia Mencari Bakat, satu juara dalam Indonesia Indol. Kalau aku menang, berarti kamu kalah. Keberhasilan seseorang berarti kegagalan orang lain.

Namun bagi Tuhan tidak berlaku aturan macam itu. Karena kemurahan Tuhan, tersedia ruang yang cukup bagi setiap orang untuk melakukan sesuatu dengan baik, untuk berhasil, untuk menikmati kelimpahan hidup. Semakin kita mampu berbuat dalam terang kemurahan Tuhan, semakin kita hidup dalam kerangka pikir bahwa tersedia cukup bagi semua orang, semakin bebas kita berbicara tentang keberhasilan – dan semakin kita membuat orang lain bebas melakukan hal serupa.

Tidak ada alasan untuk menahan diri bercerita kepada Tuhan tentang kegembiraan kita, hal yang menyenangkan kita, keberhasilan kita dalam hidup. Kita tidak bersaing dengan Tuhan. Tuhan tidak melihat kita sebagai saingan. Dengan menceritakan kepada Yesus sukacita mereka, para murid justru memberi kesempatan kepada Yesus untuk bersukacita bersama mereka dan mengajarkan kepada mereka sesuatu tentang hubungan-Nya dengan Bapa dan tentang cara berpikir Tuhan.

Contoh dari Mazmur
Beberapa Mazmur tercipta dari sukacita atau keberhasilan pemazmuar maupun umat. Misalnya, Mazmur 87 memuji keagungan kota Yerusalem (Zion). Mungkin Mazmur ini dinyanyikan pada upacara perayaan Yerusalam sebagai kota Allah. Tentu saja pemazmur mengasalkan keberhasilan kota dan umat kepada Allah, namun tentu saja dia juga senang akan kemuliaan kota itu sendiri sebagai tanda keberhasilan umat:


Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:
TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.
Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah.

Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana."
Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa: "Ini dilahirkan di sana." Sela
Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai: "Segala mata airku ada di dalammu."

Jelaslah bahwa pemazmur bangga akan Yesusalem. Dia bangga bahwa orang berbicara tentang orang yang lahir di sana, bahwa kota itu dikagumi oleh negeri tetangga, bahkan juga oleh musuh. Saat menghitung kemuliaan ini, pemazmur tidak lupa bahwa keberpihakan Allahlah yang membuat semua itu mungkin. Bisa jadi menceritakan kepada Allah tentang kembanggaan akan kotanya ini membuat pemazmur semakin sadar akan kebenaran, yaitu bahwa segalanya tergantung pada Allah. Namun bagaimana pun dia tetap menceritakan kepada Allah tentang kebahagiaannya.

Apakah ada sesuatu yang serupa dalam hidupmu? Mungkin engkau baru saja menerima majalah alumi dari sekolahmu dan membaca bahwa seorang teman sekelasmu memenangkan Pulitzer dalam jurnalisme atau yang lain memperoleh penghargaan karena bekerja dengan tunawisma. Engkau bangga berasal dari sekolah itu. Engkau dapat bercerita kepada Tuhan apa yang engkau rasakan dan perhatikan apa tanggapan Tuhan terhadapmu.

Keberhasilanmu pada suatu usaha dapat juga menjadi pokok pembicaraan, atau sukacitamu akan keberhasilan seorang teman atau anggota keluarga. Itu semua adalan cara lain, cara yang lebih mudah, untuk menceritakan kebenaran kepada Tuhan. Doa macam itu membuat kita tetap menjejak pada realitas, yaitu ketergantungan kita pada Tuhan, dan hal ini mengantar kita untuk lebih mudah masuk dalam doa syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar