By: William A. Barry, SJ,(Chicago: Loyola Press, 2012)
Bagaimana Rahasia Meracuni Persahabatan
Pada akhir Bab 1 saya mengutip komentar Richard Russo bahwa kejujuranlah dasar persabahatan, bukan kehati-hatian. Dalam Bab ini saya ingin merefleksikan bagaimana rahasia dapat meracuni persahabatan, dan bahkan kewarasan.
Bahaya dari Rahasia
Salah satu slogan dari Alcoholics Anonymuous[1] adalah: “Kita sakit hanya sejauh kita menutup rapat rahasia.” Pada akhir dari banyak pertemuan pemimpin pertemuan mengatakan: “Apakah ada yang tergoda untuk minum pada hari ini?” Hal ini memberikan kesepatan kepada mereka yang hampir “keluar jalur” untuk mengatakan di hadapan umum bahwa mereka tergoda dan karena itu memberikan kesempatan kepada pendengar untuk memberikan dukungan. Disiplin spiritual pada A.A. meminta setiap anggota untuk membiarkan rekan lain tahu mana kala mereka dalam bahaya kembali untuk meneguk alkohol. Banyak dari antara 12 Langkah dalam A.A. sebenarnya adalah bagian dari disiplin spiritual untuk menjadi semakin transparan dan jujur sehingga kita dapat menyerahkan kepada Allah hidup yang tak mampu kita atur dan menjadi waras. Rahasia mengancam kewarasan para pemabuk.
Waras berarti bahwa kita bersentuhan dengan realitas. Bagi para pemabuk, realitas adalah bahwa dia tidak mampu minum secara bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol dorongan untuk terus minum begitu tegukan alkohol pertama dilakukan. Mengikuti dorongan untuk menjaga rahasia bisa jadi membawanya kembali pada keyakinan tidak waras bahwa pemabuk dapat minum secara bertanggung jawab.
Saya percaya bahwa rahasia serupa mengancam kewarasan kita untuk sungguh melepaskan diri dari pokok persoalan yang membuat kita kecanduan. Ketika saya sebagai seorang psikoterapis, sering menjadi jelas bahwa di balik kebiasaan neurotik dari seorang klien ada rasa malu atau peristiwa rahasia. Kadang-kadang peristiwa itu sangat traumatis sehingga tidak tersadari dan membuatnya menjadi peristiwa rahasia bagi orang yang telah dipengaruhi olehnya. Namun kadang-kadang peristiwa itu diketahui oleh orang bersangkutan dan usaha untuk tetap menjaganya sebagai rahasia menyembabkan munculnya kebiasaan neurotik atau memperparah kebiasaan itu atau membuat dia menyalahkan diri.
Saat kita belajar lebih banyak tentang krisis pelecehan-seksual di Gereja Katolik Roma akhir-akhir ini, tampaknya beberapa pemimpin gereja merasa bahwa mereka harus menjaga nama baik gereja atau kongregasi religius dengan mencoba menjaga rahasia tentang kengerian pelecehan seksual atas anak-anak dan remaja. Hal ini mengakibatkan bencana bagi mereka yang dilecehkan, bagi yang melecehkan, dan bahkan bagi institusi yang ingin mereka lindungi. Dilihat lagi ke belakang, mereka mungkin menyimpulkan bahwa apa yang tampak sebagai pendekatan yang waras sesungguhnya tidak menapak pada kenyataan. Mungkin engkau ingat peristiwa dalam hidupmu ketika rahasia telah menyebabkan timbulnya kebiasaan yang tidak menapak pada kenyataan.
Pernahkan engkau melihat apa yang terjadi ketika sebuah keluarga atau komunitas tidak bersedia untuk membicarakan persoalan penting? Sebuah komunitas kongregasi religius dapat pelan-pelan menjadi karikatur dari English man’s club, di mana tak seorang pun berani mengatakan atau melakukan sesuatu yang akan menganggu rutinitas, bahkan ketika dalam rutinitas itu terkandung kebiasaan yang aneh dan tak sehat dari beberapa anggota. Orang akan sulit percaya melihat komunitas semacam itu sebagai perkumpulan dari pada sahabat Yesus.
Saya juga telah melihat bagaimana ketidakmampuan untuk menghadapi gajah di ruang tamu dapat mereduksi sebuah keluarga menjadi formalitas dan berlebihan menekankan kesopanan. Misalnya, semua orang tahu bahwa June depresi kronis, atau bahwa Joe pemabuk yang bermasalah, tetapi tak seorang pun berani untuk mengatakan atau melakukan sesuatu untuk menjawab persoalan itu. Mungkin beberapa orang saling berbisik satu sama lain tentang situasi itu, tetapi tak satu tindakan pun dilakukan untuk mengatasinya. Benar bahwa kesopanan lebih baik daripada kekerasan yang tak terkontrol, namun engkau tidak akan melihat sebagai sesuatu yang ideal bagi sebuah keluarga di mana kesopanan dan kehati-hatian mengalahkan kejujuran dan persahabatan yang tulus. Kehidupan komunitas yang hidup bercirikan percakapan yang jujur, tidak hanya tentang dunia luar, melainkan juga tentang interaksi antaranggota komunitas.
Setelah semua itu dikatakan, kita mesti ingat bahwa pengungkapan kebenaran dapat tidak terkendali. Dua belas langkah dalam program A.A. mengandaikan bahwa apa yang dikatakan dalam pertemuan akan dipegang sebagai rahasia oleh mereka yang hadir. Jika engkau ingin mengungkapkan kecanduanmu akan alkohol, itu adalah satu hal; namun tak seorang pun berhak untuk menceritakan bahwa engkau seorang pemabuk. Kadang-kadang pengungkapan kebenaran dapat menjadi alasan serangan pribadi yang kejam. Di Amerika Serikat, paling sedikit, ada hasrat tidak sehat untuk berburu rahasia tokoh publik untuk menjatuhkannya. Sangat sulit bagi seorang figur publik memiliki kehidupan pribadi yang tidak terjangkau oleh wartawan dan kamera. Dan keinginan beberapa orang untuk menyiarkan rahasia terburuk mereka pada talk show dan acara televisi menjadi ajang pamer. Akhirnya, ada rahasia yang mesti dijaga, bahakan dari teman terdekat kita, karena rahasia itu telah dipercayakan kepada kita oleh seseorang yang berharap kita tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.
Apakah kita harus menceritkan kepada teman kita segala sesuatu? Tentu saja tidak. Tetapi jika kita mempunyai rahasia yang menganggu saya sementara saya bersama dengan seorang teman dekat, teman tersebut akan merasakan ada sesuatu yang salah. Paling tidak saya dapat mengatakan kepada teman saya bahwa sesuatu yang menggangu saya, sesuatu yang tidak dapat saya ceritakan, adalah sesuatu yang tidak ada urusannya dengan kita. Hal ini akan memberikan kelegaan, paling tidak jika teman saya adalah seorang teman sejati.
Rahasia dan Yang Memalukan
Apa yang membuat rahasia berbahaya bagi kewarasan dan persahabatan? Paling sering, rasa malu. Pada pertemuan A.A., mereka yang tergoda untuk minum mungkin malu untuk mengatakannya, merasa bahwa orang lain akan menaruh kasihan kepadanya. Seorang sponsor dari pemabuk mungkin akan malu untuk menerima godaaan di hadapannya karena takut kehilangan otoritas atas mereka. Jika saya merasa bahwa alkoholisme atau depresi itu memalukan, saya mungkin akan sulit untuk menamai realitas tersebut dalam salah satu anggota keluargaku atau komunitasku dan akan sulit juga mencoba untuk membantunya.
Perasaan malu dapat datang dari berbagai sumber. Orang dapat malu karena tubuh mereka. Misalnya, malu karena mereka terlalu gemuk atau terlalu kurus, terlalu pendek atau terlalu tinggi, bentuk tubuh atau warna kulit tidak ideal. Dalam budaya yang mengagung-agungkan seks, perempuan dapat malu karena ukuran payudara mereka, laki-laki malu karena ukuran penis mereka. Beberapa orang malu karena lahir dalam keluarga miskin dan berpendidikan rendah; yang lain malu karena orangtua bercerai atau tertimpa skandal. Saya yakin engkau dapat memperpanjang daftar ini.
Apa pun yang mempuat kita malu, kita mencoba untuk menjadikannya rahasia, bahkan kepada teman terdekat kita. Dalam novel Russo That Old Cape Magic, Jack Griffin malu karena orang tuanya dan mencoba untuk mencegah istrinya, Joy, ikut terlibat dalam apa yang ia pikirkan sebagai merendahkan diri saat bergaul dengan orang lain. Ketika ibunya menelpon, ia membawa telpon itu ke ruangan lain sehingga Joy tidak akan mendengar. Tetapi orang tuanya menerobos dalam perkawinan itu karena mereka menghantui pikiran Jack sepanjang waktu. Joy merasa tidak dilibatkan dalam bagian penting hidup Jack. Rahasia meracuni hubungan mereka. Saya tidak ingin menganggu bacaanmu dengan mengatakan lebih banyak mengenai novel yang bagus ini, tetapi Russo tahu bahwa kejujuran adalah dasar persahabatan.
Ketika sebuah topik yang menyentuh rasa malu kita muncul dalam percakapan, kita cenderung untuk mengubah topik atau menghentikannya. Sering dalam situasi macam itu percakapan menjadi lebih terbatas areanya karena begitu banyak topik menyentuh rasa malu satu sama lain. Percakapan dapat menjadi datar dan tidak menarik bagi orang yang terlibat. Rahasia dapat menjadi racun pertubuhan persahabatan.
Beban Terangkat
Apa yang terjadi ketika kita menceritakan rahasia yang membuat kita malu? Ketika orang pada pertemuan A.A. mengakui bahwa mereka tergoda untuk minum pada hari ini, godaan itu tampaknya berkurang. Anggota lain dalam kelompok pun mendekat untuk mengucapkan terimakasih atas kejujuran mereka dan menawarkan bantuan. Seorang perempuan mengatakan kepada saya betapa melegakan bercerita kepada orang pada pertemuan A.A. apa yang sesungguhnya ia rasakan. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia mengatakan apa yang sungguh ia rasakan dan didengarkan dengan penuh empati dan pemahaman. Sekadar menceritakan yang sebenarnya dalam situasi yang demikian sudah membebaskan dan menghidupkan. Bentuk pengungkapan kebenaran semacam ini menyebar ke seluruh dunia dalam berbagai variasi pertemuan Duabelas Langkah. Orang menceritakan kebenaran dan menemukan jalan menuju kewarasan dari kecanduan mereka atau dari kehancuran akibat kecanduan orang yang dicintai dan menemukan kemampuan untuk menjalin persahabatan yang mendalam.
Rahasia dan Persahabatan dengan Tuhan
Beberapa hal yang membuat kita malu dapat muncul juga dalam persahabatan kita dengan Tuhan. Persahabatan dengan Tuhan berkembang bertahap. Pertama engkau mendapati bahwa engkau tertarik pada Tuhan, dan engkau ingin tahu lebih banyak tentang Dia. Bersamaan dengan engkau tahu kemurahan Tuhan menciptakan dunia dan dirimu, engkau mendapati diri gembira dan senang berdoa. Namun setelahnya engkau mulai bertanya-tanya, Hal macam ini cocok untuk orang kudus, tetapi mungkinkah ini terjadi padaku? Engkau teringat akan hal-hal yang membuatmu malu. Engkau berpikir, Tuhan tahu segalanya. Maka Dia tahu bahwa aku (seorang homoseksual, anak dari orangtua yang bercerai, seseorang yang menyontek dalam ujian, atau apa pun). Aku gila jika mengira bahwa Tuhan menginginkan persahabatan denganku. Pada titik itu engkau mungkin tergoda untuk berhenti berdoa, merasakan bahwa engkau tidak pantas untuk menjadi sahabat Tuhan. Tetapi lihatlah bahwa dalam skenario yang telah saya jelaskan, engkau belum berbicara secara terbuka kepada Tuhan tentang apa yang membuatmu malu.
Engkau mungkin ingin mengatakan, “Tapi Tuhan telah tahu segala sesuatu tentang aku. Aku tidak perlu mengatakan kepada-Nya apa yang membuat aku malu.” Ini tidak tentang informasi yang mungkin sudah dimiliki oleh Tuhan; ini adalah tentang apakah engkau cukup percaya kepada Tuhan sehingga engkau berani mengatakan apa yang ada dalam hati dan pikiranmu dan menunggu tanggapan-Nya. Engkau tidak cemas tentang informasi yang dimiliki Tuhan, tetapi tentang reaksi Tuhan atas informasi itu. Maka, sebagai seorang sahabat, satu-satunya cara untuk maju adalah mengambil risiko dengan mengatakan kepada Tuhan dan melihat apakah persahabatan ini akan berlanjut. Yang dipertaruhkan adalah perkembangan persahabatan dengan Tuhan. Lihatlah bahwa dalam skenario saya, engkau tergoda untuk berhenti berdoa karena engkau merasa tidak pantas.
Jika engkau tidak mengatakan kepada Tuhan apa yang engkau cemaskan, hubunganmu akan semakin formal dan, kalau mau jujur, membosankan. Suatu ketika saya mendapati diri agak bosan selama sesi bimbingan rohani dengan seorang pastor. Ketika saya melihat kembali pada kebosanan saya itu, saya menyadari bahwa sebelum ini saya telah sangat menantikan kedatangannya. Saya pun bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Karena saya mempunyai hubungan yang sangat baik dengannya, saya perlihatkan bahwa saya merasakan percakapan kami agak membosankan. Terungkaplah bahwa ia tidak berdoa karena ada sesuatu yang membuatnya malu untuk diungkapkan kepada Tuhan. Seperti dengan sahabat mana pun, soalnya adalah kepercayaan, kepercayaan bahwa Tuhan sungguh tertarik untuk bersahabatan dengan orang “seperti kita”, yaitu, dengan kita dengan segala kekurangan dan kelemahan serta hal memalukan lain yang membuat kita merasa tidak pantas untuk menjadi sahabat bagi Tuhan – atau bagi siapa pun. Jika kita tidak mengambil kesempatan untuk jujur, kita tidak akan sungguh tumbuh dalam persahabatan dengan Tuhan atau dengan orang lain.
Tuhan Menghela Nafas Lega
Ketika orang jujur kepada Tuhan tentang hal yang memalukan pada masa lalu atau sekarang, mereka mungkin merasa Tuhan menarik nafas lega. “Akhirnya, engkau mengeluarkan itu dari dadamu. Sekarang kita dapat melangkah maju. Terimakasih atas kepercayaanmu.” Mereka mungkin tidak mendengarnya dalam rupa kata-kata seperti itu, tetapi dalam rasa lega yang mereka alami . Mereka telah membiarkan kuncing keluar dari karung dan langit tidak runtuh. Mereka mungkin juga merasakan semacam ini dari Tuhan: “Aku menciptakan engkau karena cinta; tak sesuatu pun yang engkau lakukan yang akan mengubah cinta itu. Secara bertahap engkau semangkin mengenal siapakah Aku sesungguhnya.” Kita telah diantar kembali kepada kewarasan.
Kewarasan, engkau lihat, berisi intuisi bahwa Allah mencintaiku, dengan segala kelemahan an kekurangan, dan tak sesuatu pun perbuatanku akan mengubah cinta Tuhan kepadaku. Adalah tidak waras berpikir bahwa cinta Tuhan tergantung pada kenyataan diriku. Ketika aku ragu-ragu atau menolak untuk mengatakan kepada Tuhan hal yang membuatku malu karena aku merasa tidak pantas menjadi sahabat-Nya, aku membuat diriku menjadi hakim atas siapakah Tuhan itu. Dengan kata lain, Tuhan bagiku adalah Pribadi yang tidak menyukai orang semacam diriku. Bukankan itu sungguh tidak waras? Ketika kita mulai merasa bahwa cinta Tuhan yang tak bersyarat dan percaya akan hal itu, kita mulai percaya kepada Tuhan, bukan pada ilah hasil imajinasi kita. Maka, kewarasan, iman dan persahabatan dengan Tuhan berjalan bersama. Semuanya ini diperkuat oleh pengungkapan kebenaran dan kejujuran.
Saya berharap engkau setuju dengan saya bahwa rahasia dapat melukai persahabatan. Jika engkau tidak percaya, buku ini tidak akan masuk akal bagimu. Saya percaya bahwa persahabatan dengan Tuhan bertumpu pada dasar yang sama yang berlaku untuk setiap persahabatan. Kita memperdalam persahabatan kita dengan Tuhan lewat mengungkapkan diri secara bertahap yang melepaskan kita dari rahasia yang mengungkung dan membebaskan kita tidak hanya untuk persahabatan yang lebih dalam dengan Allah melainkan juga untuk menjalani hidup yang berkelimpahan (Yoh 10:10).
Latihan:
Datanglah kepada Tuhan dan ungkapkan rahasia dirimu: apa yang membuatmu malu, takut atau khawatir di hadapan Tuhan.
[1] Komunitas orang para pencandu alkohol yang melakukan terapi bersama dengan cara berkumpul dan saling menceritakan harapan dan perjuangan mereka untuk berhenti mengkonsumsi alkohol. Satu sama lain mereka tidak saling tahu namanya dan satu sama lain saling mendukung dan menimba kekuatan dari pengalaman rekan lain.
ULANGAN =
Ulangan adalah sebuah cara yang penting untuk mencermati gerak batin dalam hati kita untuk kemudian mengenal apa yang ditunjukkan Roh Tuhan. Ignatius menekankan pentingnya ulangan ini baik selama retret maupun dalam doa harian.
Ulangan BUKAN:
- Mengulang bahan doa seperti seorang yang mengulang bahan pelajaran untuk lebih mendalaminya.
- Mengulang bahan doa yang sama untuk memperoleh hal yang baru atau berbeda.
- Mengulang seluruh bahan dari doa sebelumnya.
Ulangan ADALAH:
- Mengulang pokok-pokok “di mana kurasakan hiburan atau kesepian yang lebih besar, atau pengalaman rohani yang lebih besar”. (LR 62) Saya mengulang pokok-pokok di mana kualami gerak-gerak batin yang penting; tidak mengulang seluruh perikop; juga tidak mengulang perikop yang sejajar dari Injil lain. Tetapi kuulangi pengalaman-pengalaman yang kuat menyentuhku dan lebih penting lagi kuulangi pokok-pokok dari bahan doa atau bagian dari Kitab Suci di mana pengalaman yang menyentuh itu terjadi.
Beberapa Contoh
- Dalam refleksi doa Perjamuan Malam Terakhir, kusadari bahwa aku begitu terserap saat aku menyembah sakramen. Juga kusadari aku mengalami kesulitan merenungkan tokoh-tokoh yang hadir dalam Perjamuan itu. Dalam doa ulangan aku akan kembali masuk pada dua pengalaman tersebut.
- Saat refleksi atas kontemplasi Pembaptisan Yesus, kusadari bahwa aku berada bersama Yesus yang memunggungiku dan aku merasa sedih. Dalam doa ulangan, aku masuk lagi ke pengalaman ketika Yesus membalikkan tubuhNya dan ke pengalaman ketika aku merasa sedih.
- Dalam refleksi atas doa hidup tersembunyi Yesus, kurasakan diriku gelisah, penuh lanturan dan kecemasan. Maka aku mengulang bahan doa itu.
- Kurenungkan dosa-dosaku dan aku mohon rahmat atas kecenderungan kedosaan dalam diriku yang mempengaruhi keputusan-keputusanku. Dalam refleksi kutemukan bahwa Roh ingin menunjukkan hal lain lebih dalam. Maka kuulangi bahan ini.
Manfaat ulangan pada dasarnya adalah membantu orang lebih dalam mengenal dan mendengar sapaan Allah
- Ulangan memberi kesempatan agar gerak roh terjadi. Tujuan doa harian dan doa dalam retret terbimbing adalah untuk berdiskresi tentang gerak-gerak roh dan ulangan akan membantu gerak-gerak roh itu muncul dan lebih terasa. Kalau orang terburu-buru pindah dari satu perikop ke perikop lainnya walaupun dengan tema yang sama, dia akan cenderung meninggalkan atau kurang menyadari gerak-gerak roh yang penting.
- Ulangan adalah sebuah alat bantu untuk MENCERMATI gerak-gerak roh. Karena aneka gerak batin dalam doa terjadi tanpa kita sadari, ulangan memberi kesempatan pada gerak-gerak batin untuk dapat dialami lebih tajam.
- Ulangan adalah cara kita menghormati sapaan Allah. Jika waktu doa formal sudah selesai, kita tidak boleh mengganggap bahwa Tuhan tidak akan lagi mewahyukan diriNya lagi lewat perikop yang telah kita doakan. Ulangan menghormati pewahyuan Allah karena kita kembali ke bahan yang sama sampai kita merasa Tuhan menghendaki kita mengambil bahan lain.
- Ulangan adalah sarana untuk mengubah desolasi menjadi konsolasi. Seperti disebut di atas ulangan dipakai di tempat kita merasakan distraksi, pergulatan, ketidaknyamanan dll. Situasi negatif ini seringkali menunjukkan bahwa Roh Allah ingin berkomunikasi lebih dalam dengan kita tetapi kita menolaknya. Saat kita kembali pada pokok-pokok pengalaman ’negatif’ itu, kita kerap menemukan bahwa Roh Allah menghancurkan aneka resistensi kita dan desolasi membuka jalan pada timbulnya konsolasi; kegelapan menjadi terang; pergulatan menjadi kepasrahan.
- Ulangan membantu kita mengalami misteri yang Illahi secara lebih dalam. Ketika Ignatius menulis: ”Pada pokok-pokok di mana aku memperoleh apa yang kukehendaki, aku akan tinggal tenang tanpa gelisah ingin melanjutkan lebih jauh lagi, sampai aku merasa puas.” (LR 76), ia menerapkannya tidak hanya untuk satu periode doa, tetapi untuk beberapa periode doa dan bahkan pada hari-hari doa. Dengan ulangan kita membiarkan misteri Allah menyentuh jati diri kita yang terdalam. Seringkali ulangan membuat doa kita makin sederhana, membuat kita menjadi makin pasif dan reseptif terhadap aktivitas Allah. Kerapkali apa yang kita mulai sebagai meditasi, lewat ulangan, akhirnya menjadi sebuah keheningan.
”Apa yang kaulakukan?” ”Oh, aku hanya memandang Tuhan dan membiarkan Ia memandangku.”
”Apa yang kaulakukan?” ”Oh, aku hanya mencintai Tuhan dan membiarkan Ia mencintaiku.”
”Apa yang kaulakukan?” ”Oh, aku hanya menikmati Tuhan dan membiarkan Ia menikmatiku.”
”Apa yang kaulakukan?” ”Oh, sungguh aku tak tahu, aku hanya tinggal bersamaNya saja!”
[1] Diterjemahkan dari e-book ORIENTATIONS Vol 1: a collection of helps for prayer collected, adapted, or composed by J. Veltri, sj., Loyola House, Guelph, Ontario, Canada, N1H 6J9,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar