PANGGILAN ALLAH
KEPADA MANUSIA YANG DIKASIHI-NYA
Berfirmanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di
laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas
segala binatang melata yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia
itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi
dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” (Kejadian 1:26-28)
“…. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8: 28-30)
“…. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8: 28-30)
Kejatuhan dunia dan
kejatuhan manusia:
Karena
begitu besar kasih Allah kepada kita, maka, setiap orang percaya, masing-
masing memiliki panggilan Allah dalam hidupnya. Hakikat dan tujuan utama Allah menciptakan manusia
adalah ingin memiliki sebuah perjalanan mesra menuju persatuan kasihNya dengan
manusia. Karna sgala yg terjadi & ada sejak semesta & manusia pertama diciptakanNya,
sampai kini dan slamanya, adalah bersumber dari kasih Allah dan betapa Allah
ingin membina hubungan saling mengasihi dengan manusia, ciptaanNya. Sebagai
Bapa terhadap anak-anakNya, yang mesra & saling berpaut; itulah dambaan
Allah dan tujuan Allah menciptakan manusia.
Namun,
dalam perjalanannya, dunia menawarkan banyak hal yang membuat manusia lebih
tertarik & tertambat pada hal-hal yang ditawarkan oleh dunia. Yang kesemua
itu adalah hal-hal duniawi (harta benda, ilmu pengetahuan, kemansyuran,
kesenangan, kehormatan, kekuasaan, jabatan, kepuasan, kenikmatan, kedagingan, uang,
barang-barang duniawi, dan juga jalan pintas untuk mendapatkan kesemua itu). Tidaklah
berarti bahwa manusia tidak boleh memiliki kesemua itu, namun yang menjadi
‘kejatuhan manusia’ adalah bahwa demi kesemua hal tersebut, manusia jatuh
kedalam keberdosaan, dimana manusia menjadi saling men-jahati satu sama lain,
menghalalkan segala cara (melakukan perbuatan salah / dosa demi mendapatkannya),
menjadi sombong dan selalu dipenuhi hawa nafsu ingin memiliki kesemua itu tanpa
pernah merasa terpuaskan. Manusia menjadi dekat dan lekat dengan kesemua ini,
sehingga hidupnya slalu terarah pada hal-hal tersebut, waktunya hanya berfokus
untuk pengejaran dan pemenuhan semua hal tersebut, demi mempertahankan gaya
hidup yang semu dan tidak bisa melepaskannya. Dan bahkan demi kesemua itu,
manusia meninggalkan Allah dan tidak lagi peduli kepada kebenaran dan keberadaanNya.
Dengan
disadari atau tidak, kelekatan terhadap sgala hal duniawi tersebut, adalah
faktor penghambat utama dalam tercapainya cita-cita Allah yaitu: persatuan kasih
mesraNya dengan kita. Karna smua keduniawian tersebut membuat manusia terlalu sibuk,
bahkan terlalu asik sehingga tidak ada waktu untuk membina hubungan mesranya
dengan Allah. Dan karna ke-duniawian itulah, manusia ciptaanNya telah berubah
dari karakter yang serupa dengan gambaranNya (karakter Allah), menjadi
ber-karakter yang serupa dengan dunia yaitu berpaling dari kebaikan, ketulusan,
kebenaran, kekudusan dan kasih.
Dalam Ke-Maha PengetahuanNya, Allah
mengetahui bahwa manusia harus hidup di dunia yang sudah ‘jatuh’ dan penuh
dengan segala kuasa yang melemahkan manusia dan memudahkan manusia untuk jatuh
ke dalam keberdosaan. Dan memang dunia sudah jatuh ke tangan penguasa jahat
yaitu iblis, yang menipu daya manusia dengan memberikan segala hal-hal
keduniawian dan kemudahan untuk mendapatkannya (harta benda, ilmu pengetahuan,
kemansyuran, kesenangan, kehormatan, kekuasaan, jabatan, kepuasan, kenikmatan,
uang, barang-barang duniawi, dll). Karna memang sejak dunia diciptakan,
di bumi ini sudah ada kuasa jahat sejak iblis dicampakkan ke tanah. (penjelasan lengkap pada bab 5).
Alkitab
mengingatkan dengan tegas:
“Sadarlah
dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, ia berjalan keliling sama seperti singa
yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8)
“Sebab
keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan
dengan keinginan daging. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan,
perbuatan cemar, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta
pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu; bahwa
barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian
dalam Kerajaan Allah. (Gal. 5:19-21). + (Wahyu 21:8)
Allah bisa saja merubah dunia menjadi
dunia yang murni dan hanya berisi kebenaran dan kebaikan, Allah bisa saja
membasmi kuasa jahat / iblis, sehingga dunia hanya berisi manusia yang
mengasihi dan menurut pada kehendakNya; namun itu tidak dilakukan oleh Allah
karna pada hakekatnya, Allah adalah Maha Sempurna, yang sempurna dalam kasih,
yang mengasihi semua umat manusia (yang baik dan yang jahat). Itulah Allah kita
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang:
“Bapamu yang di sorga, yang
menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik, dan menurunkan
hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.” (Matius 5:45)
Kasih Allah adalah sempurna sehingga Ia
mengasihi seluruh manusia dan seluruh mahluk hidup, tidak pilih-pilih, baik
yang benar atau yang jahat, semuanya diberikan apa yang dibutuhkan agar manusia
bisa hidup dengan ber-kecukupan. Namun Allah juga Maha Penyayang, yang sungguh
menyayangi manusia yang mau hidup seturut kehendak & jalan kebenaranNya dan
hidup melekat pada tangan kasihNya.
Dalam hakekat dari Maha SempurnaNya,
Allah telah menciptakan kita sebagai mahluk yang sempurna dan juga memberikan kehendak bebas (free will) bagi
setiap kita. Mengapa? Karna Allah tidak memaksakan manusia untuk memilih
mengasihiNya. MengasihiNya atau tidak adalah pilihan dan manusia-lah yang
memilih. Namun Allah tetap ingin agar manusia memilih untuk mengasihiNya dan
hidup seturut kehendakNya, demi manusia beroleh kasih karunia dan keselamatan. Karna
kasihNya juga, Allah ingin kitapun mengasihiNya dengan selalu melekat padaNya
dan berjalan pada jalan kebenaranNya, sejak di bumi hingga di surga. (Dan
tentunya, kita telah mengetahui kemana arah kita jika kita memilih untuk tidak
mengasihi Allah dan menentang jalan kebenaranNya, yaitu jalan menuju maut dan
kebinasaan kekal).
Pada akhirnya nanti, Allah ingin mendapatkan
‘gerejaNya yaitu umat’ yang memiliki kasih tulus sejati, yaitu mereka yang
memilih untuk mengasihiNya dengan tulus dan sungguh, dan hidup seturut kehendakNya
dalam kekudusan dan kebenaranNya; sejak di bumi hingga di surga.
Upaya kasih Allah
kepada manusia:
Dunia dengan segala keadaannya,
memberikan kegagalan, sakit, pencobaan, masalah, kejatuhan, atau bahkan
penderitaan, yang pada umumnya menimpa manusia karna akibat dari perbuatan dosa
yang dilakukannya atau karna salah ‘jalan’ dalam hidupnya. Ada juga yang
terjadi karna harus turut menanggung dosa / kesalahan orang lain. Namun juga
tidak sedikit orang benar yang harus menanggung ujian dan penderitaan, seperti
Alkitab mengisahkannya dalam Kisah Ayub, Kisah Yusuf, dan yang terutama adalah
Kisah Yesus Kristus, Tuhan kita. Dan di masa setelahnya dan masa kini, banyak
orang benar yang juga harus menanggung penderitaan yaitu mereka yang dalam
hidupnya sudah menjalani kehidupan dengan baik & benar, namun masih harus
menanggung beberapa ujian atau penderitaan.
Kesemua itu memang dibiarkan terjadi oleh
Allah, demi manusia kembali kepada Allah. Dan tarikan tangan kasih Allah, mendapat
tanggapan positif dari setiap hati yang dipanggilNya untuk kembali. Karna disaat
saat itulah, manusia baru menyadari siapa dirinya sebenarnya, bahwa manusia
hanya setitik debu yang tak mampu dan tak berjasa apa-apa; sehingga manusia
tidak berdaya apa-apa tanpa penyertaan dan pertolonganNya. Dan bahwa kepenuhan
dalam sgala hal duniawi, setelah segala apapun yang dimiliki dan setelah
kemanapun kita telah pergi, bukan lagi hal yang bisa memberikan kepenuhan jiwa
& tidak berarti apa-apa bagi kita; karna hanya Allah sajalah yang bisa
memenuhi setiap relung jiwa manusia, ciptaanNya, dengan damai sejahteraNya &
bisa membuat hidup kita menjadi berarti. Manusia menyadari, sejauh jauhnya
manusia berjalan, hanya kepada Allah akan kembali & hanya Dia Sumber
Petolongan.
Seperti
yang disampaikan oleh Rasul paulus: "Malahan sgala sesuatu kuanggap rugi karna pengenalan akan
Kristus Yesus. Tuhanku, lebih mulia daripada smuanya. Oleh karna Dia-lah, aku
melepaskan smua itu & menganggapnya sampah, supaya aku beroleh
Kristus...Supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara mati." (Fil
3: 8 & 11)
Rasul Paulus adalah seorang
terkenal di zamannya, yang memiliki pemahaman yang hebat tentang ilmu
pengetahuan. Dia juga ahli Taurat yang sangat berkuasa & berpengaruh. Dia
kaya raya dan termansyur di jamannya. Dalam kepenuhan duniawi yang ia miliki,
ia tidak pernah merasakan kasih dan damai sejati, sebaliknya justru hidupnya
bergumul dengan segala ketidak-tentuan dan ketidak-puasan; dan juga dikelilingi
oleh perbuatan jahat dan keberdosaan.
Namun dalam perjalanan hidupnya,
justru dia temukan saat terbaik & terbenar adalah saat dia menemukan Yesus
Kristus, Sang Kasih dan Sang Penyelamat. Paulus sungguh merasakan bahwa Yesus,
anak Allah yg hadir ke bumi sebagai manusia, adalah atas kasih karunia Allah,
yang memberikan keselamatan melalui kehidupan, wafat & kebangkitanNya.
Paulus yang pendosa dan penuh dengan
perbuatan dosa, mengalami pertobatan dan mendapat pengampunan, dan hidupnya
menjadi baru, hidup yang sungguh berharga dan terindah, yaitu hidup benar dalam
kasih bersama Tuhan Yesus. Paulus sungguh ber-sukacita, karna keindahan hidup
benarnya memberikan berkat-berkat sejati di dalam hidupnya, dan diapun mendapat
keselamatan kekal hingga ke surga.
Sehingga Paulus memilih untk melepas
smua yang dia miliki (harta benda, ilmu pengetahuan, kemansyuran, kehormatan, jabatan,
kenikmatan, dll), bahkan menggangap apa yang selama ini dia miliki, yang dia
banggakan dan yang orang pandang hebat, adalah sgala sesuatu yang tidak ada
artinya & hanya sebagai sampah. Paulus merasa bahwa menemukan Kritus adalah
menjawab segalal tujuan dalam hidupnya, tujuan yang tidak dapat dia temukan
melalui sgala hal duniawi yang perna dia miliki sebelumnya.
Demikian juga, bagi setiap kita dan
juga bagi orang benar yang turut menanggung ujian, Allah menggunakan kesempatan
ini untuk memprosesnya menjadi pribadi yang kudus, pribadi yang teguh dalam
kebenaran dan pribadi yang serupa dengan karakter PutraNya, Yesus Kristus.
Dengan mengingat bahwa demi kemenangan atas kasih & keselamatan, Yesus juga
harus memanggul salib ke Golgota dengan segala penderitaan dan hinaan.
Ibarat emas yang dimurnikan dalam api
panas, ibarat sebuah keramik indah dalam bentukan tangan si pembuat keramik,
yang diproses sedemikian rupa, sedemikian berat; demikianlah Allah memanggil
setiap kita yang dikasihiNya untk diproses & dibentuk menjadi sebuah emas
murni atau sebuah keramik indah yang berharga.
Proses pemurnian dan pembentukan
melalui ujian & penderitaan kita, akan menyadarkan kita pada ketidak-berdayaan
manusia; disitulah kita menjadi pribadi yang rendah hati, berserah dan bisa
memandang Allah yang Maha Besar, Maha Mulia lagi Maha Kasih dan Penyayang. Disitulah
manusia bisa menerima kasih & berkat Allah yang nyata. Sehingga manusia
berserah pada kuasaNya dan kembali pada tangan kasihNya dan mengandalkanNya
dalam segala hal demi pertolongan dan kebaikan hidupnya di masa depan.
Disaat tidak ada satupun atau tidak ada
seorangpun yang mau dan mampu menolong kita, disaat tidak ada jalan keluar dan
semua pintu tertutup bagi kita, saat tidak ada lagi harapan; namun disaat kita
kembali kepada Allah, disitulah kita boleh menyaksikan bahwa hanya Allah yang
mau dan mampu menolong kita, mengangkat beban hidup kita, membuka jalan bagi permasalahan
kita, tempat pengharapan yang tidak mengecewakan dan menjawab segala doa &
permohonan kita.
Allah tidak ingin kita yang
dikasihiNya, terpuruk terlalu dalam sehingga berjalan menuju kebinasaan.
Seperti seorang bapa (orangtua) yang tiada pernah lelah memanggil anaknya
kembali, dengan segala sapaan, teguran dan peringatannya, agar anaknya tidak
terjerumus terlalu dalam dan tidak dapat diselamatkan lagi; demikian juga
Allah, Bapa Surgawi kita, tidak pernah lelah untuk menyapa, menegur dan
memperingatkan kita untuk selalu kembali kepada kasih dan kebenaranNya, demi
hidup kita diberkati dan penuh keselamatan.
Karna begitu besar kasihNya dan betapa
sebagai Bapa, Ia tidak ingin kehilangan anak-anak yang dikasihiNya, maka Allah
membiarkan kesemua ini terjadi, demi kita kembali kepada inti kehidupan ini
yaitu Allah sendiri. Pem-biaran itulah yang disebut Allah memanggil untuk
membentuk kita menjadi seturut dengan rancanganNya dan juga untuk memproses dan
memurnikan kita agar kita menjadi serupa dengan gambaranNya. Allah memberikan
ujian bagi setiap kita, demi hidup kita ‘naik kelas’ ke jenjang yang lebih
tinggi dan indah, demi hidup kita menjadi teguh dalam kebenaran dan demi hidup
kita berarti & diberkati. Yang terutama adalah, demi keselamatan kita di
bumi hingga di surga.
Disinilah
upaya Allah mengembalikan hakikat penciptaanNya terhadap manusia yaitu pada
firmanNya dalam (Kejadian 1:26-28) dan (Roma 8: 28-30); semua karna kasih
dan kerinduannya terhadap kita, anak-anak yang dikasihiNya. Karna Allah memiliki
rencana dan rancangan bagi setiap anak-anakNya, yaitu segala berkat &
rancangan indah yang akan dijadikan bagi kita yang dikasihi dan mengasihiNya.
“....Kita malah bermegah jg dlm
kesengsaraan kita, krn kita tahu, bhw kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan
& ketekunan menimbulkan tahan uji & tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan
pengharapan (pada Allah) tidak akan mengecewakan...” (Roma 5: 3-5)
Peringatan kasih
Allah kepada manusia:
Kita
memang hidup di dunia, namun Alkitab mengingatkan kita untuk tidak menjadi
milik dunia ini, karna dunia sudah jatuh kedalam kuasa dosa dan iblis yang
memimpin dengan segala pemberian-pemberian ke-duniawian dengan cara yang salah:
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Pemberian terbesar Allah demi keselamatan
umat manusia adalah dengan menghadirkan Putra TunggalNya, yaitu Yesus Kristus,
yang telah melaksanakan karya keselamatanNya demi menebus dosa dan memberikan
keselamatan.
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh 14:6).
Yesus
mengingatkan kita untuk waspada: ”Masuklah
melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang
menuju kepada kebinasaan (jalan iblis), dan banyak orang yang masuk melaluinya;
karena sempitlah pintu dan sesaklah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan
sedikit orang yang mendapatinya (jalan kebenaran Allah).” (Matius
7:13 – 14).
Mengutip perkataan tokoh gerejawi: “Aku tidak dapat mencegah burung terbang di
atas kepalaku, tetapi aku dapat mencegahnya supaya tidak bersarang di
kepalaku.” (digambarkan bahwa ‘godaan
dan pencobaan’ itu bertebaran di sekitar kita, tetapi kita bisa membebaskan
diri dengan tetap berjaga-jaga (dengan iman, doa dan terus melekat pada Allah),
dan kita harus melawan untuk tidak menuruti godaan dan tidak boleh membiarkan
pencobaan itu menguasai hidup kita).
Pada suatu kali,
ketika ditanya bagaimana dia bisa menghadapi cobaan yang dilontarkan iblis, tokoh
tsb menjawab: “Ketika Iblis mengetok pintu hatiku dan bertanya: “Siapa yang
tinggal di sini?” Lalu aku berkata: “Dalam nama Tuhanku Yesus Kristus, dalam
bilur dan darahNya”. Seketika itu juga Tuhan Yesus melangkah ke pintu dan Ia
berkata: sekarang Akulah yang tinggal di sini, dan yang menjadi Pemilik hati
ini. Enyahlah kau iblis!”
Iblis yang melihat
ada bekas lubang paku di tangan Tuhan Yesus, segera saja ia lari, karna iblis
tau bahwa Yesus adalah Putra Allah yang hidup dan yang telah mematahkan kuasa
maut. Itulah sebabnya, sangat penting bagi setiap kehidupan, setiap hati dan
setiap rumah untuk memiliki Tuhan Yesus sebagai penghuni tetapnya.
Yesus juga selalu mengingatkan kita untuk terus bertekun dalam doa dan berjaga-jaga. Mengapa? Dalam Alkitab: “Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:40-41) > Berdoa setiap hari dan setiap saat (misal 1 jam sehari) adalah sarana kita berjaga-jaga dalam kasih dan keselamatan Allah.
Ingatlah
selalu bahwa hidup adalah pertempuran dan perjuangan, dan pertempuran dan
perjuangan sejati adalah perjuangan rohani, yaitu antara yang baik dan yang
benar, antara yang kudus dan yang jahat, dan antara hidup seturut kehendakNya
atau hidup menjerumuskan diri dalam jerat iblis dan keberdosaan.
Bertempur
dan berjuanglah untuk kebenaran & untuk Tuhan!
Panggilan kasih Allah kepada manusia yang dikasihiNya:
Melalui Tuhan kita, Yesus Kristus; kita telah menjadi anak-anak Allah, kita telah menjadi milik Kristus, maka kitapun dipanggil untuk memisahkan diri dari segala keberdosaan dan kesesatan dunia ini. Hal ini akan membuat berkat-berkat Allah bisa mengalir deras tanpa hambatan dalam kehidupan kita yang terus meningkat. Kita perlu melepaskan diri dari pengaruh dan kebiasaan serta pola pikir dunia agar bisa menerima segala janji dan berkat-berkat yang telah diberikan Allah.
Dalam Alkitab di Yesaya 51:3, kita bisa melihat kerinduan Allah untuk menghibur dan memulihkan segala sesuatu yang selama ini terbuang atau hancur dari dalam hidup kita. Kekuatan Allah sanggup merubah padang gurun yang paling gersang sekalipun untuk menjadi seindah taman Eden, dimana yang terdapat hanyalah kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur & lagu puji-pujian yang nyaring; dan juga berkat-berkat, kasih, dan keselamatanNya untuk kita. Allah rindu untuk melakukan dan memberikannya kepada kita.
Semua
janji ini bisa turun pada kita dengan syarat yang tertuang pada Yesaya 51:1,
yaitu menjadi orang-orang "yang mengejar apa yang benar dan terus bertekun
mencari Tuhan". Tuhan adalah sumber kekuatan. Dia adalah gunung batu
dimana kita bisa berlindung.
Tuhan Yesus ingin membuat hidup kita seindah taman
Eden. Tuhan ingin mengubah penderitaan dan kesedihan kita menjadi sukacita dan
kegembiraan. Dia ingin mengganjar setiap ujian kita dengan berkat besar yang
disediakan bagi kita. Dia ingin memberkati hidup kita secara berkelimpahan,
lebih dari yang dapat kita bayangkan sekalipun.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikian firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28)
Sesungguhnya, semua orang percaya
menerima panggilan Tuhan yang sama, hanya saja setelah kita meresponi panggilan
Tuhan dalam hidup kita, sampai pada titik tertentu kita berjalan mengikuti
panggilan itu, Tuhan akan mulai memposisikan kita untuk secara spesifik
mengerjakan tugas-tugas atau pelayanan-pelayanan yang memang Dia khususkan
untuk kita kerjakan.
Sebelumnya,
kita akan melihat terlebih dahulu apa definisi dari panggilan Tuhan. Panggilan
Tuhan adalah suatu penetapan Tuhan tentang kehidupan kita, yang jika kita
responi secara tepat, akan memposisikan kita untuk selalu menikmati berkat
& penyertaan Tuhan.
Lima dimensi panggilan Tuhan bagi kita =
Lima dimensi panggilan Tuhan bagi kita =
1.Tuhan memanggil
kita untuk mengalami proses pembentukan yang akan menjadikan kita suatu pribadi
seperti yang sudah Dia rencanakan (Roma 8: 28-30)
Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan sudah mengetahui dengan jelas apa yang harus kita kerjakan dalam fungsi pelayanan kita di depan sana, tapi untuk kita bisa berfungsi seperti yang Tuhan inginkan, pertama-tama Tuhan akan membentuk hidup kita terlebih dahulu, sehingga kita menjadi sosok pribadi yang akan bisa berfungsi dengan maksimal dan sempurna untuk tugas yang Dia rencanakan.
Dalam kemahatahuan-Nya, Tuhan sudah mengetahui dengan jelas apa yang harus kita kerjakan dalam fungsi pelayanan kita di depan sana, tapi untuk kita bisa berfungsi seperti yang Tuhan inginkan, pertama-tama Tuhan akan membentuk hidup kita terlebih dahulu, sehingga kita menjadi sosok pribadi yang akan bisa berfungsi dengan maksimal dan sempurna untuk tugas yang Dia rencanakan.
Tuhan ingin memastikan bahwa ketika
kita difungsikan, kita akan sama seperti seekor ikan di air. Jika kita melihat
seekor ikan yang ada di air, kita tidak akan bertanya kapan ikan itu belajar
berenang; begitu lahir, ikan itu bisa langsung berenang. Tuhan ingin
memastikan, ketika kita dibawa masuk ke dalam fungsi pelayanan kita, kita tidak
perlu lagi bertanya-tanya atau bergumul, ataupun menghadapi berbagai kesulitan
atau kendala yang ada dalam diri kita, sehingga kita bisa berfungsi dengan
maksimal dalam apa yang Tuhan suruh untuk kitakerjakan.
Demikian pula ketika Tuhan ingin
membentuk ulang/mencipta ulang diri kita; Dia ingin memastikan kita bisa
berfungsi seperti yang seharusnya dan seperti yang direncanakanNya. Jadi jika
sekali waktu kita mengalami berbagai peristiwa yang seakan-akan “memaksa” kita untuk mengalami perubahan hidup (melalui ujian,
penderitaan , permasalahan, penantian), yang kita perlu lakukan hanyalah
belajar meresponi setiap peristiwa yang terjadi dengan respon yang benar, yaitu merespon dengan cara kembali
kepada kasih dan kebenaran Tuhan serta berusaha memurnikan hidup menjadi
seturut dengan kehendakNya. Ingatlah bahwa semua adalah bagian dari proses
pembentukan yang Tuhan sudah persiapkan untuk membentuk kita menjadi seperti
yang Dia mau.
Dalam Matius 4:19, Yesus berkata: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”, ada hasil akhir yang Tuhan sudah tetapkan buat setiap kita, tapi untuk kita bisa mencapai hasil akhir itu (menjadi seperti yang Tuhan inginkan), kita harus melewati proses pembentukan terlebih dahulu. Seringkali, ada banyak orang percaya yang sebetulnya dipanggil Tuhan untuk menjadi seperti yang Dia mau, tapi dalam proses pembentukannya, peristiwa demi peristiwa, situasi dan keadaan yang terjadi seakan-akan membuat mereka terus terpojok, karna mereka meresponinya dengan keliru (dengan malah semakin jatuh dalam perbuatan dosa yang lain, dengan semakin menjauh dari Allah, menjadi semakin malas dalam perjuangan rohaninya), sehingga tidak ada perubahan ke arah positif yang terjadi, melainkan perubahan ke arah yang negatif.
Dalam Matius 4:19, Yesus berkata: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia”, ada hasil akhir yang Tuhan sudah tetapkan buat setiap kita, tapi untuk kita bisa mencapai hasil akhir itu (menjadi seperti yang Tuhan inginkan), kita harus melewati proses pembentukan terlebih dahulu. Seringkali, ada banyak orang percaya yang sebetulnya dipanggil Tuhan untuk menjadi seperti yang Dia mau, tapi dalam proses pembentukannya, peristiwa demi peristiwa, situasi dan keadaan yang terjadi seakan-akan membuat mereka terus terpojok, karna mereka meresponinya dengan keliru (dengan malah semakin jatuh dalam perbuatan dosa yang lain, dengan semakin menjauh dari Allah, menjadi semakin malas dalam perjuangan rohaninya), sehingga tidak ada perubahan ke arah positif yang terjadi, melainkan perubahan ke arah yang negatif.
Tuhan
menghendaki, setiap kali kita melewati proses pembentukan itu, kita
meresponinya dengan ilahi dan akurat, karena apapun yang terjadi dalam hidup
kita adalah proses pembentukan yang memang Tuhan berikan untuk membentuk kita
menjadi seperti yang Dia kehendaki, karna Dia-lah yang Maha Tau akan segala
yang terbaik bagi hidup kita.
Karena itu, belajarlah untuk lebih “waspada”; apapun yang terjadi dalam hidupmu, belajarlah untuk responi dengan tepat, dan respon yang tepat akan membuat proses pembentukan dalam hidup kita selesai dengan tepat dan cepat. Allah telah menyediakan berkat terbaikNya untuk diberikan kepada kita, dan itu akan diberikanNya saat kita sudah siap atau proses pembentukan atas diri kita sudah menjadi sempurna. Karnanya, Allah sangat membutuhkan kerjasama baik kita.
Karena itu, belajarlah untuk lebih “waspada”; apapun yang terjadi dalam hidupmu, belajarlah untuk responi dengan tepat, dan respon yang tepat akan membuat proses pembentukan dalam hidup kita selesai dengan tepat dan cepat. Allah telah menyediakan berkat terbaikNya untuk diberikan kepada kita, dan itu akan diberikanNya saat kita sudah siap atau proses pembentukan atas diri kita sudah menjadi sempurna. Karnanya, Allah sangat membutuhkan kerjasama baik kita.
Dan
sebaliknya, jika kita tidak me-respon dengan benar, tidak menurut pada
prosesNya, karna kita masih belum mau untuk meninggalkan hal-hal kenikmatan
& keduniawian yang selama ini memuaskan kita (walau kita tau bahwa hal itu salah),
masih senang menunda-nunda; maka proses
pembentukan kita akan semakin panjang dan lama. Dan saat kita tidak menurut
pada prosesnya, dan kembali mengulanginya lagi, itu hanyalah kesia-siaan dalam
waktu dan energimu; karna pribadi kita tidak akan berubah menjadi lebih baik
dan hidup kita tidak kemana-mana (stuck); dan berkatNya tidak akan turun dan
rencanaNya atas kita tidak dapat dijadikan.
Ingatlah,
bahwa Ia akan terus memanggil dan mem-proses kita sampai pada tujuan yang Ia
kehendaki. Tuhan sudah memulai sebuah kebaikan dalam dirimu, maka Ia akan
meneruskan dan menyelesaikannya, karna Ia ingin menjadikanmu pribadi yang
terindah dan ingin memberikan kehidupan terbaik dalam hidupmu.
2. Tuhan memanggil kita untuk diberkati dan menjadi saluran berkat.
Alasan mengapa sampai saat ini banyak orang percaya masih terus hidup dalam pergumulan adalah karena mereka meresponi panggilan pertama, kedua dan seterusnya dengan respon yang salah. Sehingga keadaan orang tersebut selalu berada dalam situasi yang sama (stagnan), dalam permasalahan / pergumulan yang berulang kali terjadi, dan tidak berubah kearah yang baik.
2. Tuhan memanggil kita untuk diberkati dan menjadi saluran berkat.
Alasan mengapa sampai saat ini banyak orang percaya masih terus hidup dalam pergumulan adalah karena mereka meresponi panggilan pertama, kedua dan seterusnya dengan respon yang salah. Sehingga keadaan orang tersebut selalu berada dalam situasi yang sama (stagnan), dalam permasalahan / pergumulan yang berulang kali terjadi, dan tidak berubah kearah yang baik.
Namun selama kita meresponi panggilan
Tuhan untuk mengalami perubahan hidup dengan benar, kita pasti akan selalu
menikmati berkat Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Selama ini, ada cukup banyak orang percaya yang masih terus “berjalan” kesana dan kemari demi menghindari konflik yang ada. Padahal sebenarnya, konflik itu bukan ada dimana-mana melainkan ada dalam diri mereka sendiri. Itu sebabnya Tuhan sengaja mengirim orang-orang lain (keluarga, sahabat, konselor rohani) untuk membantu kita keluar dari konflik itu agar kita bisa menanggulanginya. Ketika kita berusaha menjadi pribadi yang rendah hati dan terus meresponi proses pembentukan Tuhan seperti yang Tuhan inginkan, kita pasti akan mulai mengalami perubahan menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan, dan disitulah kita akan mulai menikmati berkat Tuhan.
Apakah artinya ‘menjadi orang yang diberkati Tuhan?”
Selama ini, ada cukup banyak orang percaya yang masih terus “berjalan” kesana dan kemari demi menghindari konflik yang ada. Padahal sebenarnya, konflik itu bukan ada dimana-mana melainkan ada dalam diri mereka sendiri. Itu sebabnya Tuhan sengaja mengirim orang-orang lain (keluarga, sahabat, konselor rohani) untuk membantu kita keluar dari konflik itu agar kita bisa menanggulanginya. Ketika kita berusaha menjadi pribadi yang rendah hati dan terus meresponi proses pembentukan Tuhan seperti yang Tuhan inginkan, kita pasti akan mulai mengalami perubahan menjadi pribadi seperti yang Tuhan inginkan, dan disitulah kita akan mulai menikmati berkat Tuhan.
Apakah artinya ‘menjadi orang yang diberkati Tuhan?”
Jangan berpikir bahwa menjadi orang
yang diberkati sama dengan memiliki uang atau harta yang banyak, karena itu
hanya level paling dasar dari pengertian diberkati.
Level yang lebih tinggi dari pengertian
menjadi orang yang diberkati adalah: apapun yang dikerjakan selalu Tuhan buat
berhasil. Dimanapun orang itu berada, apa yang dikerjakan dan dilakukan (baik dalam
pekerjaan atau pelayanannya); apapun itu selalu berhasil dan selalu bisa dituntaskan
dengan baik & benar. Sehingga orang tsb menjadi pribadi yang berguna bagi kebaikan
orang lain, menjadi ‘garam dan terang’ bagi sekitarnya, demi nama Tuhan dimuliakan
melalui pekerjaan baiknya.
Lalu
level yang tertinggi
dari pengertian menjadi orang yang diberkati artinya: orang tsb selalu
mengalami penyertaan, penjagaan, dan perlindungan Tuhan. Dalam segala hal
dikehidupannya, Tuhanlah segalanya dan menjadi pusatnya. Level tertinggi orang
yang diberkati adalah, mereka yang hidupnya terarah kepada Tuhan, selalu
melekat & mengandalkan penyelenggaraan Ilahi dalam hidupnya. Apa yang
dilakukannya adalah untuk menyenangkan dan memuliakan namaNya, melalui sikap,
perbuatan dan tutur katanya. Sehingga pada akhirnya, orang tsb bisa menjadi
saluran berkat, kasih dan kebaikan Tuhan kepada sekeliling dan sesama.
Dimanapun berada, orang tsb bisa memberikan berkat berupa sukacita, damai
sejahtera, kasih, perhatian, kebaikan, kebenaran, dukungan dalam kebaikan,
pertolongan; bahkan bisa menjamah hati dan membawa jiwa kembali kepada kasih
Tuhan melalui sikap, perbuatan dan tutur katanya, sehingga siapapun yang dijumpainya, juga akan menerima segala
berkat-berkat tersebut. Hidupnya menjadi sungguh berguna dan berarti di mata
manusia dan di mata Allah.
Karena itu, di level manapun kita berada, pastikan proses pembentukan terus terjadi dalam hidupmu, karena pada dasarnya Tuhan memang memanggil kita untuk menjadi orang yang diberkati!
3. Tuhan memanggil kita untuk dapat berkomunikasi dengan diri-Nya secara langsung dan terus menerus.
Karena itu, di level manapun kita berada, pastikan proses pembentukan terus terjadi dalam hidupmu, karena pada dasarnya Tuhan memang memanggil kita untuk menjadi orang yang diberkati!
3. Tuhan memanggil kita untuk dapat berkomunikasi dengan diri-Nya secara langsung dan terus menerus.
Mendengar suara Tuhan? Bagaimana?
Ketika kita menyadari panggilan yang
satu ini, kita tidak perlu lagi bergumul hanya untuk mendengar suara-Nya.
Karena kitab Amsal berkata: “Telinga yang mendengar dan mata yang melihat,
kedua-duanya dibuat oleh Tuhan.”
(Ams. 20:12). Itu berarti, jika sampai hari ini kita masih terus mengalami
pergumulan dalam mendengar suara Tuhan, ada sesuatu yang salah dalam hidup kita,
karena pada dasarnya Tuhan memang ingin berkomunikasi dan membangun hubungan baik
dengan kita sebagai anak-anakNya yang dikasihiNya.
Seringkali, konsep berpikir kitalah yang membuat kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Kadangkala kita berpikir: Aku belum cukup berdoa, jadi aku tidak bisa dengar suara Tuhan. Atau Aku masih jatuh bangun dalam dosa, jadi Tuhan tidak mungkin berbicara dengan aku. Padahal, jika kita mengingat dulu pada waktu kita menerima keselamatan, bahkan saat kita masih hidup dalam dosapun kita bisa mendengar Tuhan memanggil kita kepada keselamatan; itu sebabnya kita bisa meresponinya. Karena itu, konsep pikir kita yang terlebih dahulu harus dirombak.
Selain konsep pikir, gaya hidup yang kita miliki juga bisa membuat kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Kita bergulat dengan gaya hidup yang terlalu sibuk dan terlalu acuh sehingga menjauh dari Tuhan. Ketika Tuhan memanggil kita untuk mendekat, kita justru menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan.
Seringkali, konsep berpikir kitalah yang membuat kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Kadangkala kita berpikir: Aku belum cukup berdoa, jadi aku tidak bisa dengar suara Tuhan. Atau Aku masih jatuh bangun dalam dosa, jadi Tuhan tidak mungkin berbicara dengan aku. Padahal, jika kita mengingat dulu pada waktu kita menerima keselamatan, bahkan saat kita masih hidup dalam dosapun kita bisa mendengar Tuhan memanggil kita kepada keselamatan; itu sebabnya kita bisa meresponinya. Karena itu, konsep pikir kita yang terlebih dahulu harus dirombak.
Selain konsep pikir, gaya hidup yang kita miliki juga bisa membuat kita tidak bisa mendengar suara Tuhan. Kita bergulat dengan gaya hidup yang terlalu sibuk dan terlalu acuh sehingga menjauh dari Tuhan. Ketika Tuhan memanggil kita untuk mendekat, kita justru menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan.
Namun ketika kita mengambil sikap untuk
terus membenahi hidup kita selaras dengan kebenaran, kita pasti akan bisa
dengan mudah kembali mendengar suara-Nya, sehingga Tuhan bisa dengan mudah
memberikan arahan-arahan dan tuntunan-Nya. Dan satu hal yang saya amati,
semakin kita mendengar suara-Nya, semakin lembut pula hati kita; semakin kita
mendengar suara-Nya, semakin mudah untuk kita taat. Dan makin sering kita
mendengar suara Tuhan, makin kita akan mengenaliNya ketika suara yang sama
diperdengarkan lewat orang-orang lain di sekitar kita (Tuhan memakai orang pilihanNya
untuk menyampaikan pesan-pesan kebenaran dan kebaikanNya).
Itu sebabnya, orang yang keras kepala pasti adalah orang yang tidak pernah mendengar suara Tuhan, adalah ia yang hanya mau mendengar suara dari pikirannya sendiri, sementara seringkali pikirannya itu keliru, sehingga ia disesatkan oleh pikirannya sendiri. Karena orang yang keras kepala adalah orang yang memiliki pikiran yang tertutup/sempit, sehingga ia tidak bisa menerima input dari luar.
Itu sebabnya, orang yang keras kepala pasti adalah orang yang tidak pernah mendengar suara Tuhan, adalah ia yang hanya mau mendengar suara dari pikirannya sendiri, sementara seringkali pikirannya itu keliru, sehingga ia disesatkan oleh pikirannya sendiri. Karena orang yang keras kepala adalah orang yang memiliki pikiran yang tertutup/sempit, sehingga ia tidak bisa menerima input dari luar.
Namun ketika Tuhan berbicara dan kita
mendengar suara-Nya, apa yang Tuhan sampaikan tersebut secara otomatis akan
membuat pikiran kita terbuka.
Demi kita dimampukan untuk dapat mendengar suara Tuhan, maka kita harus menarik diri dari dunia untuk masuk dalam keheningan doa dan persekutuan dalam kasih Tuhan, dengan membawa semua kerinduan kita akan kasih sejati dari Allah Bapa dan Tuhan kita.
Demi kita dimampukan untuk dapat mendengar suara Tuhan, maka kita harus menarik diri dari dunia untuk masuk dalam keheningan doa dan persekutuan dalam kasih Tuhan, dengan membawa semua kerinduan kita akan kasih sejati dari Allah Bapa dan Tuhan kita.
Suara Tuhan selalu bergema dalam suara
hati kita yang selalu menyerukan kasih dan kebenaran dalam setiap langkah hidup
kita. Suara Tuhan bisa berupa hikmat / petunjuk yang terdengar dalam hati atau
budi kita. Dan bagi mereka yang telah berhasil dalam upaya kebangunan
rohaninya, maka mereka bisa mendengar suara Tuhan secara ‘audible’, yaitu
seperti bisikan di samping telinganya.
Untuk memastikan apakah itu suara Tuhan
atau tidak, maka kita harus selaraskan dengan segala perkataan Tuhan yang
tertuang dalam injil, dan rasakan bahwa suara Tuhan selalu membawa kesejukan
dan damai sejahtera dalam kebenaran2Nya.
Manfaat
yang akan kita peroleh jika kita sering mendengar suara Tuhan:
Semakin sering kita mendengar suara Tuhan, semakin kita akan memiliki roh yang rendah hati & lembut di hadapan Tuhan; Semakin sering kita mendengar suara Tuhan, semakin kita akan dikenali dan dimiliki oleh Tuhan sendiri;
Semakin sering kita mendengar suara Tuhan, semakin kita akan memiliki roh yang rendah hati & lembut di hadapan Tuhan; Semakin sering kita mendengar suara Tuhan, semakin kita akan dikenali dan dimiliki oleh Tuhan sendiri;
Semakin sering kita mendengar suara
Tuhan, semakin kita akan mengenal Dia dengan segala kebenaranNya dan semakin
jiwa kita menuruti tuntunan jalan kebenaranNya;
Semakin sering kita mendengar suara
Tuhan, kehadiran-Nya dalam hidup kita akan semakin bertambah nyata. Dengan
demikian, kita tidak akan mudah digoncangkan oleh apa yang terjadi di
sekeliling kita;
Semakin sering kita mendengar suara
Tuhan, kita akan semakin mudah mengenali kebenaran yang ada dalam kehidupan kita
dan kehidupan orang lain. Dan juga mengenali hal – hal yang tidak berkenan bagi
Tuhan, sehingga jiwa dan diri kita spontan menolak untuk melakukannya; demi
membebaskan diri dari keberdosaan yang menyakiti Tuhan dan demi menjaga
kekudusan kita di hadapan Tuhan.
Saya percaya, dalam waktu dekat ini, kita
akan sungguh-sungguh alami bagaimana Tuhan menyatakan diri-Nya kepada kita
sebagai Allah pembuat ikatan janji. Namun untuk itu kita perlu terus menjaga
hati yang haus dan lapar akan Tuhan, dan hati yang memprioritaskan Tuhan dan
rencana-Nya, karena hanya itulah yang akan menolong kita untuk bertemu dengan
Allah, Sang pembuat ikatan janji itu. Sekali ikatan janji terjadi, antara Allah
dengan kita, maka tidak ada lagi yang tidak mungkin bagi kita. Selama kita
terus mengerjakan bagian kita dengan taat & setia, Tuhanpun akan
mengerjakan bagian-Nya; yang membawa kita pada keberhasilan dan berkat sejati
di dunia hingga di surga.
4. Tuhan memanggil kita untuk memberi dampak atau mempengaruhi kehidupan orang-orang lain dengan kehidupan roh yang telah kita miliki.
Semakin kita merenungkan prinsip ini, semakin kita menyadari bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang yang dapat meberikan pengaruh baik kepada sekitar. Allah menanamkan kerinduan itu dalam diri kita karna atas dasar kasihNya, Ia juga ingin menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan ada saatnya Allah mengutus kita, orang-orang yang dipilihNya, untuk melakukan hal tersebut bagi Allah.
4. Tuhan memanggil kita untuk memberi dampak atau mempengaruhi kehidupan orang-orang lain dengan kehidupan roh yang telah kita miliki.
Semakin kita merenungkan prinsip ini, semakin kita menyadari bahwa Tuhan ingin kita menjadi orang yang dapat meberikan pengaruh baik kepada sekitar. Allah menanamkan kerinduan itu dalam diri kita karna atas dasar kasihNya, Ia juga ingin menyelamatkan orang-orang yang ada di sekitar kita. Dan ada saatnya Allah mengutus kita, orang-orang yang dipilihNya, untuk melakukan hal tersebut bagi Allah.
Seperti sebuah kiasan: “Jika kita sudah
menerima kunci kerajaan Surga, janganlah hanya masuk dan tidur didalamnya;
namun pergi dan wartakanlah, agar lebih banyak orang yang turut menerima kunci
menuju keselamatan dan semakin banyak jiwa yang menerima berkat sejati di bumi
hingga di surga”.
Meskipun kita harus mengawali dengan
satu atau dua orang, selama kita setia, Tuhan akan membawa kita untuk mulai
mempengaruhi sepuluh-dua puluh orang. Dan ketika kita setia dengan yang
sepuluh-dua puluh itu, kita akan diberi kepercayaan lebih lagi dengan
seratus-dua ratus orang, dan begitu seterusnya.
Inilah posisi tertinggi orang yang
hidupnya diberkati oleh Allah, karna Tuhan memakainya untuk bekerja di
ladangNya, meluaskan kerajaanNya di bumi, demi kasih dan keselamatan lebih
banyak jiwa. Berbahagialah mereka yang dipilih Tuhan untuk turut serta bekerja
di ladangNya melalui kasih dan pelayanannya, karna disitulah hidupnya menjadi
berharga bagi manusia dan hidupnya menjadi persembahan yang indah di hadapan
Allah.
Karena itu, pastikan kita belajar menyadari bahwa Tuhan ingin setiap kita terus memberi pengaruh yang baik. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang sedang membutuhkan sesuatu dari Tuhan, pastikan kita segera bertindak demi keselamatan jiwanya.
Karena itu, pastikan kita belajar menyadari bahwa Tuhan ingin setiap kita terus memberi pengaruh yang baik. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang sedang membutuhkan sesuatu dari Tuhan, pastikan kita segera bertindak demi keselamatan jiwanya.
5. Tuhan memanggil kita untuk menaklukkan segala sesuatu yang negatif yang masih ada dalam hidup kita dan sekeliling hidup kita.
Jika sampai saat ini kita masih terus bergumul menghadapi masalah kemanusiawian, kekurangan dan kelemahan manusiawi, dan kedagingan yang masih sering mengganggu, hari ini saya tegaskan, ada sebuah panggilan Tuhan yang secara khusus Dia berikan kepadamu: Dia memanggil engkau untuk menaklukkan segala hal negatif yang masih ada dalam dirimu. Kalau Dia memanggilmu, maka Diapun yang memperlengkapi & memampukanmu.
Kita hanya perlu bangkit dalam kuasa RohNya dan pergunakan tangan imanmu untuk meraih anugerah dan otoritas yang Tuhan sediakan buat kita, dan taklukkanlah segala kelemahan, kekurangan, kedagingan, kemanusiawian & keberdosaan yang masih ada dan menjerat hidupmu. Tuhan sudah menaklukkan semua itu di kayu salib, kini kita yang bertanggung jawab untuk menaklukkannya atas hidup kita. Demi hidup kita beroleh kasih dan berkat sejatiNya. Karna berkat sejati Allah tidak akan bisa tiba (mendarat) pada sebuah jiwa yang ter-kontaminasi dengan banyak hal negative / keberdosaan.
Ketika kita bisa menaklukkan semua yang negatif dalam diri kita, akan jauh lebih mudah untuk kita menaklukkan semua yang negatif di sekeliling kita. Karena iblis yang terkuat yang masih berkeliaran di dunia ini adalah iblis yang ada di dalam diri kita. Jika kita bisa menaklukkan roh hawa nafsu yang masih ada di dalam kita, kita akan bisa dengan mudah menaklukkan hawa nafsu yang ada di luar sana.
Apapun yang negatif yang masih ada dalam dirimu: ketakutan-ketakutan, ke-khawatiran, trauma, ketidak-mampuan, kelemahan, kedagingan, keberdosaan, hawa nafsu, atau apapun juga, lawanlah & tanggulangilah semua itu! Dan berjuanglan untuk menggantikannya dengan kebaikan, kasih dan kebenaran Tuhan.
Tuhan telah memberikan panggilan-Nya,
responilah, karena di dalam panggilan Tuhan itu ada anugerah. Ketika kita
meresponi panggilan-Nya, anugerah pun akan tercurah. Ketika kita meresponi
panggilan-Nya, hidup kitapun akan mengalami perubahan yang luar biasa, saat
dimana segala berkat sejatinya dicurahkan atasmu dan hidupmu menjadi penuh
kelimpahan berkat & berkenan kepada Allah dibumi hingga di surga.
Salam damai,
*A*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar