Buah Roh
Kudus yang membawa pada keselamatan.
Dalam perjalanan hidup iman Christiani, sebagai anak2 pilihan dari Tuhan Yesus Kristus, kita dipantaskan untuk boleh menyandang nama kudusNya, adalah saat kita telah berusaha hidup berkenan dan menghasilkan buah Roh, seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Dalam perjalanan hidup iman Christiani, sebagai anak2 pilihan dari Tuhan Yesus Kristus, kita dipantaskan untuk boleh menyandang nama kudusNya, adalah saat kita telah berusaha hidup berkenan dan menghasilkan buah Roh, seperti yang Tuhan Yesus kehendaki.
Karna tanpa hidup yang berkenan & berbuah, maka hidup manusia bagaikan
sebuah padi yang tidak berbulir / berisi, yang hanya menjadi gabah kering dan
tidak menampakkan kemuliaan Penciptanya.
Pohon yang berbuah sedikit mempunyai carang yang naik. Begitu banyak orang
kelihatan bagus, hebat dan tinggi tetapi belum tentu berbuah. Mengapa? Karna
orang tersebut tidak mau mengusahakannya, dan itu pilihan dari sebuah kehendak
bebasnya. Siapa yang memandang orang tsb hanya berharap, agar sikap dan
perbuatannya tidak memberikan celah untuk orang lain bisa menghujat atau
menghina siapa dibalik orang tsb, yaitu Tuhan Yesus sendiri.
Jika suatu ranting sudah berbuah, dengan sendirinya ranting itu akan
menunduk. Pohon yang banyak berbuah mempunyai carang yang turun.
Namun Tuhan Yesus mengingatkan agar kita selalu rendah hati. Seperti azas
padi, yang akan merunduk saat bulirnya sudah menjadi penuh dan berbuah.
Begitulah kita yang hidup dalam iman kepada Kristus, semakin kita berbuah, maka
kita harus semakin merunduk dalam kerendah hati-an.
Hidup berbuah adalah hidup yang dikehendaki Allah. Ibarat matahari yang
memiliki beberapa elemen, seperti panas, cahaya, sinar, dan kekuatan, demikian
pula dengan konteks buah Roh Kudus. Buah Roh memiliki 9 elemen yang esensial,
yang menyempurnakan satu sama lain. Kesembilan elemen ini dibagi menjadi 3
bagian:
1. Pertama:
kasih, sukacita, damai sejahtera (Yun. Agape, Chara, Eirene), adalah
relasi kepada Allah.
2. Ketiga:
kesabaran, kemurahan, kebaikan (Yun. Makrothymia, Chrestotes, Agathosyne),
adalah relasi kepada sesama.
3. Ketiga:
kesetiaan, kelemah-lembutan, peguasaan diri (Yun. Pistis, Prautes, Enkrateia),
adalah relasi yang berkaitan dengan inner life (kehidupan di dalam diri
seseorang itu sendiri).
Mengapa Santo Paulus dalam Alkitab memakai istilah “buah” dan bukan istilah lain seperti “sifat”, “karakter”, atau “kepribadian”?
Secara sederhana ia ingin melukiskan gambaran yang sederhana. Sama seperti buah yang dihasilkan secara alamiah oleh sebuah pohon, demikian juga seharusnya hidup orang percaya menghasilkan buah pertobatannya dari Pohon Kehidupan itu. Yaitu dengan pertobatan, maka kita dihantar oleh Roh Kudus ke dalam pembentukan diri yang lebih baik, melalu karunia2 dan buah RohNya.
Roh Kudus bekerja dengan 2 cara:- Roh Kudus bekerja di tengah dunia ini untuk menginsafkan dunia akan berbagai kebenaran Allah (Yoh. 16:8-11)
- Roh Kudus bekerja di dalam diri orang percaya & orang beriman untuk memimpin orang tersebut ke dalam seluruh kebenaran Allah (Yoh. 16:13-15).
Kehadiran Roh Kudus akan menjadi nyata dan menghasilkan pohon yang berbuah, hanya jika ada kerjasama yang baik dari kita untuk berusaha terus hidup dalam tuntunan dan mengandalkanNya, dalam segala hal dan dalam sikap & perbuatan nyata.
Namun kehadiran buah Roh bisa saja tidak nampak dalam diri orang percaya, manakala orang percaya tersebut tidak menempatkan dirinya di bawah pimpinan Roh. Yang menjadikan orang tsb kalah terhadap hidup kedagingannya. Inilah keadaan yang disebut sebagai ‘tidak melakukan apa yang kamu kehendaki’, seperti ayat dibawah ini:
“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki. Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. (Gal. 5:19-21).
Sehingga ingatlah selalu, bahwa kita yang telah ditebus oleh Yesus Kristus, haruslah menjadi berbeda, karna: “Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.” (Galatia 5: 24)
Maka sudah selayaknya, kita sebagai pengikut Kristus, yang memiliki Roh Kudus, harus menang terhadap kedagingan. Sehingga Yesus hanya menghendaki kita hidup dalam Roh dan hidup yang berbuah, yang membawa kita pada kemenangan, kemuliaan dan keselamatan.
Mengapa kita sebagai umat beriman harus hidup berbuah?
Karna itulah kehendak Yesus Kristus,
sebagai Pokok Anggur kita.
Kita telah mempelajari bagaimana Allah
Bapa & Yesus Kristus mengasihi kita dlm sgala hal dan juga melalui
pencurahan Roh Kudusnya.
Kita telah mengenal, mengakui dan menerima
Roh Kudus itu dalam hidup kita. Kita telah memahami bhw kita dipersenjatai oleh
Allah dgn sgala karunia2 dan buah2 Roh Kudus, sbg bekal dalam menjalani hidup
ini agar selalu bisa berjalan dlm jalan kebenaranNya.
Dan juga bagaimana cara pengendalian diri
yg bisa membawa kita pd kebaikan dan keselamatan Allah.
Pengendalian diri adalah karakter sang
Pencipta yang ditonjolkan dalam kehidupan Tuhan Yesus, dan dengan bantuan Roh
Kudus kita dimampukan untuk dapat mempraktekkannya dalam hidup kita, agar hidup
kita berbuah.
Yg berarti, sgala 'penolong' sudah Allah
berikan, sekarang tinggal kita yg hrs
mengusahakannya.
Semua perlengkapan sudah diberikan, sbg
pemenang, kitalah yg harus maju dan meraih kemenangan itu. Maka mulailah
berusaha dan berjuang, agar hidup kita berkenan & berbuah!.
Bila kita mau dibentuk serupa gambar Allah, kita harus berserah
dan mengijinkan Tuhan sendiri yang berkerja agar kita memiliki pengendalian
diri dan memuliakan Tuhan pada saat kita berbuah didalamNya.
Kita, sebagai anak2 Allah, yg telah dibekali oleh kuasa Roh
Kudus, semuanya diberikan kemampuan2 itu seturut kebijaksanaan Allah.
Namun smua itu tergantung pada masing masing kita. Apakah kita
mau berjuang untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan yang Allah berikan tsb?
Apakah kita mau berjuang untk hidup yg bertumbuh dan berbuah, agar kita
berkenan kepadaNya?
Atau hanya diam saja, tidak melakukan apa2, terus 'berbakti' pd
kenikmatan duniawi, atau hanya tetap sibuk dgn diri sendiri dan acuh thd
harapan2 Allah?.
Kembali lagi, semua itu adalah kehendak bebas yang masing2
pilihan akan mendapatkan upah & pertanggung-jawabannya masing2.
Jika kita pernah bertanya, apa tujuan Allah menghadirkanmu di
bumi ini, atau apa tujuanmu hidup di bumi ini?
Hanya 1 jawaban intinya, yaitu: untuk hidup memuliakan Allah.
Mengapa? Krn hidup kita yg sedemikian berlimpah ini, dan apa
yang kita miliki (dapatkan) bukanlah krn kebaikan atau hasil usaha kita, tapi
melulu adalah krn kebaikan dan kemurahan Allah. Bahkan oleh darah, derita dan wafatNya,
hidup kita telah ditebus dgn lunas.
Sehingga sudah sepantasnyalah hidup kita menjadi sarana untk
namaNya dipermuliakan, bukan sebaliknya!.
Bagaimana hidup kita dpt memuliakanNya? Yaitu dgn hidup dalam
Roh dan kebenaran, serta berbuah.
Selamat berjuang dalam menghasilkan buah buah roh yg manis yg
akan me-maniskan hidupmu dalam Allah dan sesama. Agar hidup kita smakin serupa
dgn gambaranNya.
Semoga hidup kita semakin berkenan dan bermakna bagi Allah dan
sesama, agar kemuliaan namaNya dpt bersinar atas hidup kita.
Ingatlah selalu: "..AKU-lah pokok anggur, kalian adl
cabang2nya. Org yg bsatu denganKu & Aku bsama dia, akn berbuah banyak. (Yoh
15:5)
"...Org yg TIDAK tetap bersatu denganKu & TIDAK
berbuah, akan dibuang spt cabang yg menjadi kering.... dan dibuang ke dlm api
& dibakar." (Yoh 15: 6)
Pada derita salibNya, dlm sakarat maut, Yesus berkata:
"Aku telah melaksanakannya (Aku telah mengasihimu sehabisnya dengan derita
& wafatKu)."
Kini
Yesus bertanya: "Apakah kau juga mengasihi-KU dengan sungguh?"
Salam damai,
*A*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar